“3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, 4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. 5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpahlimpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah."
Bacaan Tambahan: Mazmur 46; Mazmur 119:50, 76; Yohanes 14:16–17; Ibrani 4:14–16; Wahyu 21:3–4
Pada November 1873, Horatio Spafford merencanakan perjalanan ke Eropa yang sangat penting bersama keluarganya. Dua tahun terakhir merupakan masa yang sangat berat bagi mereka. Akibat kebakaran hebat di Chicago pada 1871, keuangan mereka rontok dan sebagian besar properti dan investasi mereka ikut terbakar hangus.
Pada menit terakhir. Spafford terpaksa menunda perjalanan karena tuntutan bisnis yang mendadak muncul, dan keluarganya pun mendahului pergi naik kapal uap. Namun, perjalanan yang diharapkan membuka harapan baru bagi keluarga itu berbalik menjadi tragedi yang mengguncangkan hati. Ketika kapal itu melintasi Atlantik, ia menabrak kapal lain. Keempat putri Spafford tewas dalam kecelakaan itu; hanya istrinya yang masih hidup.
Spafford mendapatkan kabar tentang nasib putrinya melalui telegram, dan segera berlayar ke London untuk menyusul istrinya yang berduka.
Sesungguhnya, tragedi semacam ini bukan perkara yang asing bagi banyak di antara kita. Pandemi akibat virus korona mengancam setiap orang dan telah jatuh korban jutaan jiwa di seluruh dunia. Pencobaan yang kita hadapi ini tak ayal melukai jiwa kita.
Akan tetapi, melalui celah dan retakan yang terbuka, cahaya penghiburan Allah menerobos masuk. Inilah pesan Paulus dalam 2 Korintus: Allah adalah penghiburan kita. Paulus bukan hanya menuliskannya; karena pernah mengalami berbagai macam pencobaan di sepanjang kehidupan dan pelayanannya, ia telah mengalami penghiburan Allah secara pribadi.
Allah yang transenden, yang mengatur segala sesuatu dari takhta-Nya di surga, juga Allah yang imanen, yang dekat dengan orang-orang yang hancur hatinya:
• Bapa surgawi kita adalah Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kita di dalam segala kesesakan kita.
• Yesus adalah Imam Besar Agung kita, dan Dia mampu bersimpati dengan kita dan mengundang kita untuk datang mendekat kepada-Nya dengan penuh keberanian sehingga kita dapat menerima rahmat dan anugerah pada saat kita memerlukannya. Karena kurban-Nya di kayu salib, kita dihiburkan oleh kebenaran bahwa kita di terima di ruang takhta surga.
• Roh Kudus adalah penghibur dan penasihat kita, yang memberi kita kuasa dan bersyafaat bagi kita ketika kita tidak sanggup mengungkapkan kedukaan kita dengan kata-kata. Seorang penghibur (dalam bahasa Yunani, parakletos) secara harfiah berarti seseorang yang diminta datang mendekat untuk menolong dengan menghibur, membangkitkan semangat, atau menjadi pengantara bagi kepentingan orang lain.
Dalam menghadapi duka dan penderitaan, Allah Trinitas—Bapa, Anak, dan Roh Kudus—berada di sisi kita ketika kita berseru meminta tolong kepadaNya. Inilah penghiburan dan keyakinan kita. Pencobaan dan penderitaan memungkinkan kita mengalami penghiburan Allah secara nyata, sama seperti malam yang gelap pekat memungkinkan kita memandang keindahan bintang-bintang.
Ketika Horatio Spafford berlayar untuk menyusul istrinya dan kapalnya melewati tempat kedua putrinya meninggal dalam kecelakaan, ia menenangkan hatinya yang hancur dengan menulis sebuah lagu pujian abadi yang masih terus menghibur orang-orang percaya hingga saat ini:
Kendati hidupku tent’ram dan senang
Dan walau derita penuh
Engkau mengajarku bersaksi tegas
S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku
Di dunia yang hancur oleh dosa ini, penderitaan dan kematian itu tidak terelakkan. Namun, Allah telah berjanji akan menebus dan memulihkan segala sesuatu. Suatu hari, Dia akan menghapuskan setiap air mata, maut dan dukacita tidak akan ada lagi, dan kita akan mengalami sukacita yang tak berkesudahan di dalam hadirat Allah sumber segala penghiburan untuk selama-lamanya (Wahyu 21:3-4). Penghiburan dan pengharapan kita tertambat secara kuat pada keteguhan janji-Nya.
Seperti Spafford, meskipun rasanya sangat sulit untuk dibayangkan, kiranya kita dapat menanggapi tragedi, dukacita, dan penderitaan dalam hidup ini dengan percaya dan mengandalkan Allah yang menghibur kita. Kiranya hadirat Allah juga menggugah kita untuk berkata, “Selamatlah jiawaku,” dan kiranya kita dapat menghibur orang lain dengan penghiburan yang telah kita terima dari Dia.
ALLAH TRITUNGGAL SEPENUHNYA MENDAMPINGI KITA KETIKA KITA BERSERU MEMINTA TOLONG KEPADANYA.
1. Selama enam bulan terakhir, apakah yang menyebabkan dukacita atau kesusahan yang berat di dalam hidup Anda? Bagaimana Allah menjadi penolong yang terbukti di tengah kesesakan (Mazmur 46:2)? Apakah yang Anda pelajari dari Dia, melalui tantangan tersebut?
2. Penghiburan Allah itu bukan hanya untuk kepentingan kita, melainkan juga untuk orang lain yang menderita. Siapakah yang dapat Anda hibur dengan penghiburan yang telah Anda terima dari Allah? Bersediakah Anda melakukannya sehingga mereka dapat mengenal Allah sebagai penghibur mereka?
Allah yang baik, aku menyerahkan segala kekhawatiranku kepada-Mu karena Engkaulah Allah sumber segala penghiburan. Terima kasih karena Engkau merupakan satu-satunya sumber penghiburan sejati bagiku, perlindunganku, dan kekuatanku. Oleh firman-Mu yang penuh kuasa, Engkau meneduhkan badai yang menggelora di hatiku. Yesus, terima kasih karena Engkau telah mati di kayu salib bagiku. Melalui Engkau, aku dapat menghampiri takhta kasih karunia-Mu dengan penuh keberanian untuk mendapatkan rahmat dan anugerah pada waktu aku memerlukannya. Terima kasih, Roh Kudus, karena Engkaulah penolongku, penasihatku, dan penghiburku. Pakailah aku sebagai bejana-Mu untuk menghibur orang lain yang memerlukan penghiburan seperti penghiburan yang telah kuterima. Di dalam nama Yesus, amin.