Reborn
  
7 Deadly Sins (7): Wrath >< Amarah
Dipublikasikan pada 23 Januari 2024
9 min baca

Dalam konsep dan pembelajaran tentang leadership, ada jenis kepemimpinan yang perlu kita pelajari untuk bisa sukses menjalani kehidupan. LEADING YOURSELF. Memimpin diri anda sendiri. Pelajaran 7 Dosa yang Mematikan ini sangat berhubungan erat untuk kita pelajari khususnya dalam hubungannya dengan memimpin diri kita masing-masing.

Berbicara tentang amarah, kita membahas masalah pengendalian diri dan kesabaran.

Efesus.4:26-27 (TB) Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 27dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Beberapa alasan kemarahan: #Diremehkan, #Diperlakukan Tidak Adil #Disakiti, #Terancam, #Diserang, #Gagal Mencapai Tujuan, #Frustrasi, #Tidak Berdaya, #Putus Asa, #Kelelahan Fisik, #Menstruasi Pada Wanita, #Kurang Tidur, #Lapar -- Ternyata ada faktor internal dan eksternal pada alasan seseorang menjadi marah.

Alkitab mengajarkan bahwa manusia bisa saja marah, tetapi jangan biarkan kemarahan anda membuat anda melakukan dosa. Dan dijelaskan dalam Surat Efesus bahwa jangan mataharu terbenam sebelum amarah kita paham -- dalam kultur Yahudi yang memulai hari setelah matahari terbenam pada pukul 18.00 malam, pernyataan tersebut berarti jangan sampai membawa marah menjadi amarah hingga berganti hari.

Hal ini penting karena: Ketika kita tidak bisa mengandalikan amarah, kita sedang memberi kesempatan pada iblis. Dalam bahasa aslinya kata kesempatan ini menggunakan kata Kairos, jangan berikan kesempatan emas bagi iblis untuk menguasai diri, kehidupan kita. KENDALIKAN AMARAH!

3 Jenis Amarah:

1) ORGE: Marah yang tidak berdosa -- Marahlah di waktu yang tepat, kepada orang tepat, untuk tujuan yang tepat. Ini hanya bisa dilakukan dengan kedewasaan.

2) PARORGISMOS: Marah hingga matahari terbenam -- Marah yang disertai jengkel dan terdapat unsur dendam.

3) THUMOS: Marah yang merusak -- Baik merusak orang lain, maupun diri sendiri.

Mazmur 37:8 (TB) Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.

Seringkali kita berpikir bahwa marah adalah akibat, tetapi dalam ayat diatas, jelas pemazmur mengajarkan bahwa marah merupakan akibat. Marah adalah akibat yang menyebabkan kejahatan. Artinya penyebab kejahatan itu terjadi bukan pada masalah yang kita hadapi, tetapi justru pada amarah itu sendiri yang membawa kepada kejahatan. Dalam keadaan apapun yang ita sedang hadapi, kita memiliki pilihan untuk marah atau tidak! Artinya kita bisa memilih untuk tidak marah.

Yakobus 1:19-21 (TB) 19Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah 20sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. 21Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Dalam terjemahan Amplified menahan marah diartikan dengan slow to anger, passion, reflective, & forgiving (lambat untuk marah, berbelas kasihan, refleksi, & mengampuni.)

Sabar artinya lambat untuk marah -- ini bukan berarti tidak bisa marah, tetapi lambat untuk marah. Dan dalam amarah kita, jagalah perkataan. Berjaga-jagalah dengan mulut anda, ketika anda marah jangan ucapkan kata-kata yang negatif, berdiam dirilah kalau anda tidak dapat mengucapkan apa yang baik.

Satu kata yang menarik adalah "reflektif" -- yang artinya kita menganggapi suatu keadaan dari kacamata orang lain, melihat dari sudut pandang orang lain, melihat dari cara pandang yang berbeda, memiki kerendahan hati untuk memahami perasaan atau pandangan orang lain.

Selain itu, amarah seringkali dikaitkan dengan pengampunan. Hal-hal yang menyebabkan amarah yang kita bahas diatas, merupakan hal-hal yang berhubungan dengan orang lain, dan kalau kita memilih untuk ingin berdamai maka, kita kita belajar mengampuni, dan melepaskan pengampunan. Artinya: Amarah adalah ketidakmampuan kita untuk mengampuni orang lain.

Dalam Yakobus, dikatakan bahwa amarah manusia tidak menghasilkan kebenaran. Artinya, orang benar bukanlah orang yang suka marah-marah, karena ketika kita masih suka marah, tidak ada benih kebenaran dalam hidup kita.

Yakobus 3:18 (TB) Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

Yesus bisa tetap tidur di tengah badai, karena ada damai dalam kehidupanNya. Kedamaian di dalam dapat kita impartasi pada keadaan di luar kita, dan bukan sebaliknya.

Matius.5:21-22 (TB) 21Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Pembunuhan menyebabkan kematian, tetapi bagaimana bisa kemarahan disamakan dengan pembunuhan? Hal ini terjadi karena ketika kita marah, kita sedang membawa maut bukan kepada orang lain, tetapi kepada diri kita sendiri. Mari kita pelajari lebih dalam:

Nehemia.9:31 (TB) Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang.

Kita bisa hidup sampai detik ini, ini semua karena kasih sayang Tuhan karena tanpa kasih sayangNya kita pasti sudah binasa. Dalam Matius.18:21-35 kita belajar tentang pengampunan dari Tuhan Yesus Kristus. Ternyata amarah, atau menahan pengampunan pada saudara kita dapat membatalkan pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita. berhati-hatilah dengan dosa amarah.

Keselamatan dan pengampunan yang Tuhan berikan memang gratis, karena Dia telah membayarnya lunas, tetapi prilaku, tindakan, dan respon kita menentukan hukum mana yang berlaku pada kita. Ingatlah doa Bapa kami: "...ampunilah kami atas kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kami." Ini artinya (Matius.5:14) -- Ketika kita mengampuni, Bapa di surga mengampuni kita, tetapi kita tidak mengampuni, Bapa di surga juga tidak mengampuni kita.

Ini adalah hukum Allah sendiri, bahkan ini berhubungan erat juga dengan hukum tabur tuai, ketika kita menabur kemurahan, maka kita akan menerima kemurahan. Pengampunan yang kita taburkan adalah taburan yang akan kita tuai.

Kemarahan meniadakan damai sejahter, damai sejahtera yang menghasilkan kebenaran artinya tanpa pengampunan, tanpa damai sejatera, kita sedang membiarkan hidup kita berada dibawah penghakiman. Kita tidak berada dibawah kasih karunia tetapi hukum taurat, kita memilih untuk hidup dibawah hukum taurat.

Amarah merupakan lawan dari kemurahan. Anger >< Mercy. Respon Tuhan tehadap dosa pun hanya ada dua: amarah yang menghasilkan penghakiman atau kemurahanNya yang mengampuni dan melepaskan dari penghakiman kekal api neraka. Apa yang kita lakukan terhadap sesama kita akan menentukan apa yang Tuhan akan lakukan kepada kita.

Roma 11:6 (TB) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.

Dengan pelajaran ini kita mengerti dan belajar untuk tidak melakukan apa setimpal dengan apa yang orang lain lakukan terhadap kita. Ketika kita disakiti jangan balas dengan menyakiti, tetapi lepaskan pengampunan. Kita lakukan ini karena kita sadar bahwa kita sendiri adalah pendosa dan kita tidak ingin Allah mengukur setimpal dengan dosa kita.

Kita melakukan kemurahan karena sebenarnya kita sendiri yang membutuhkan kemurahan dari Tuhan. Kita melepaskan pengampunan karena sebenarnya kita sendiri yang butuh diampuni oleh Tuhan.

Sadarkan anda bahwa Allah yang Maha Hadir, Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Dia adalah Allah yang Kekal, tetapi Dia bukanlah Allah yang Maha Sabar, Dia adalah Allah yang panjang sabar. Artinya: ada batasan. Alkitab pun menuliskan waktu-waktu dimana Allah marah dalam bentuk dan level-level tertentu. Beberapa contoh:

#Level rendah: Bilangan.14:22-24 -- Allah marah kepada umat Israel dengan perkataan dan perbuatan.

#Level tinggi: Maleakhi - Matius -- Murka Allah dengan diam dan tidak memberikan firmanNya selama 400 tahun. Ini adalah masa kegelapan Israel, karena Firman Tuhan adalah pelita, dan tanpa FirmanNya yang ada hanya kegelapan.

Jangan sia-siakan kesabaran Tuhan. Ketika Dia masih membuka mulutNya dan mengajar, menegur dan mendidik, bersyukurlah karena Dia masih mengasihi anda. Kemarahan Tuhan tidak sama dengan kemarahan manusia. KemarahananNya mendatangkan kebaikan untuk kita.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini