SURAT GEMBALA
Pdt. Dr. Mark P. Eliasaputra
Kamis, 15 September 2022
FREE INDEED
Saudara-saudara, sebagai orang percaya, selain kemerdekaan negeri kita, kita juga bersukacita karena Tuhan Yesus menjanjikan kemerdekaan (kebebasan) bagi kita. Oleh dengan kemerdekaan itulah, kita bisa benar-benar merdeka (free indeed). Namun, kita mungkin masih merasa diri kita belum benar-benar merdeka. Dengan kata lain, kita masih diperbudak oleh sesuatu. Salah satu contohnya adalah perasaan. Kita merasa tidak terima jika ada orang yang kita kasihi tiba-tiba dipanggil Tuhan karena tidak mendapati pelayanan yang baik pada saat Covid-19. Atau mungkin kita juga merasa heran mengapa orang-orang baik yang taat melayani Tuhan, hidupnya miskin dan menderita? Sementara orang-orang jahat, hidupnya kaya raya dan makmur. Lainnya, mungkin kita merasa diperbudak oleh hal-hal yang kita tau salah, namun kita tidak bisa melepaskan diri dari hal tersebut. Bahkan, kita merasa diperbudak oleh perasaan-perasaan negatif lainnya; kerakusan, kebencian, kepahitan, ketakutan, kekhawatiran, keputusasaan. Sehingga kita bertanya-tanya, "Yesus mengatakan sudah memerdekakan kita, namun kenapa saya masih merasa diperbudak dengan hal-hal tersebut".
Perlu diingat, bahwa Tuhan Yesus memang menawarkan kemerdekaan (kebebasan), namun kemerdekaan tersebut bukan kemerdekaan duniawi. Di abad pertama, bangsa Yahudi sedang dijajah oleh Kekaisaran Romawi. Bangsa Yahudi menderita karena mereka harus membayar pajak yang sangat tinggi, sementara orang Romawi tidak perlu. Melalui hal tersebutlah, bangsa Yahudi mengharapkan kedatangan Mesias (Sang Pembebas) yang mereka yakini akan melepaskan mereka dari penjajahan, dan menjadikan mereka merdeka seperti saat kepemimpinan Daud dan Salomo. Namun, ketika Mesias yang sejati datang (Yesus), mereka tidak memperoleh kebebasan yang mereka inginkan. Maka, mereka tidak mengenali dan tidak dapat menerima-Nya, karena kemerdekaan yang dibawa oleh-Nya bukan kemerdekaan politik. Ia tidak menggunakan kekuasaan-Nya untuk menggulingkan kekuasaan penjajah. Malah, Ia mati di salib. Tetapi, ternyata, Ia membebaskan manusia dari musuh yang lebih besar, yang tidak bisa dikalahkan selain dengan Anak Allah sendiri, yakni dosa. Hanya Anak Allah lah yang bisa melakukannya.
Sayangnya, kita masih merasa bahwa hal tersebut "kurang". Bahkan, kita masih menjadi seperti orang Yahudi; memerlukan kebebasan duniawi (penyakit, kemiskinan, masalah, dll). Padahal, dalam Yohanes 8:32 menyatakan bahwa kita akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kita. Dengan kata lain, Tuhan Yesus memerdekakan kita melalui kebenaran-Nya, apabila kita tetap tinggal dalam firman-Nya. Tentu, kebenaran ini tidak membebaskan kita dari kesulitan duniawi, karena kebenaran tidak bisa berubah menjadi yang kita inginkan (uang, mukjizat, dll). Kebenaran yang dimaksud Tuhan adalah memerdekakan pikiran kita, sehingga jiwa kita dimerdekakan dari kuasa dosa. Itu berarti, Tuhan Yesus lebih tertarik membebaskan manusia dari dosa, bukan dari masalah dunia. Lebih lagi, Tuhan Yesus lebih tertarik memerdekakan kita dari dosa agar dapat dikembalikan kepada rancangan Allah yang semula, dan bebas untuk melakukan kehendak-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati!