Iman dan ketakutan merupakan respon ketika kita mengahadapi sesuatu. Yang membedakan antara iman dan ketakutan adalah iman berfokus kepada janji Allah dan kesetian Allah dalam kehidupan kita sedangkan ketakutan berpusat kepada keadaan diri sendiri, apa yang akan kita makan, minum, pakai. Pertanyaannya: apakah kita tidak boleh takut? Apakah kita tidak boleh kuatir? Boleh saja, karena itu adalah hal yang manusia, takut dan kuatir adalah bagian dari jiwa kita, sama seperti kecewa, sedih, dan lain sebagainya. Yang tidak boleh adalah membiarkan rasa takut dan kuatir itu menguasai hidup kita sehingga perasaan itu menjadi ketakutan dan kekuatiran.
Mazmur 56:4-5 4Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; 5kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
Jangankan kita, Daud, seorang yang sangat dekat dengan Tuhan, hidup dengan memuji dan menyembah Tuhan, Daud pun pernah merasakan takut. Tetapi kita mau belajar dari Daud yang berkata “Sebab pada waktu aku takut, aku percaya kepadaMu.” Pada waktu rasa takut dan kuatir itu datang dalam hidup kita, bangunlah iman percaya kita kepada Tuhan. Sehingga perasaan itu tidak berubah menjadi ketakutan dan kekuatiran. Tidak hanya Daud, Murid Yesus pun yang pernah makan bersama Yesus, tinggal bersama Yesus, bahkan melihat mujizat Yesus yang dahsyat, masih seringkali ketakutan. Dua kejadian di Danau Galilea yang menunjukkan ketakutan para murid: yang pertama ketika Yesus tertidur dan angin sakal mengombang – ambingkan kapal itu, yang kedua ada di dalam Matius 14
Matius 14:22-33 Yesus berjalan di atas air 22Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 23Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. 24Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. 25Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. 26Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: ”Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. 27Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: ”Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” 28Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: ”Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” 29Kata Yesus: ”Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 30Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: ”Tuhan, tolonglah aku!” 31Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: ”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” 32Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. 33Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ”Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”
Ditengah – tengah ketakutan mereka, ketika mereka melihat Tuhan Yesus datang, itu seharusnya memberikan ketenangan kepada para murid, Tuhan datang di saat yang tepat, Tuhan datang ketika mereka dalam ketakutan. Tetapi kedatangan Tuhan yang dramatis itu, ternyata tidak membuat mereka merasa tenang, bahkan membuat mereka semakin ketakutan, mereka mengira itu hantu.
Pertanyaan saya: Mengapa Petrus dapat berjalan di atas air? Kemudian mengapa Petrus yang sama dapat tenggelam? Firman Tuhan mencatat ketika Petrus menujukan pandangannya kepada Tuhan, dia melakukan kemustahilan. Tetapi, ketika Petrus mengalihkan pandangannya daripada Tuhan, dia mulai melihat keadaan di sekelilingnya, dia melihat angin sakal, dia melihat air yang bergejolak dibawahnya, maka seluruh pemandangan itu membuatnya tenggelam.
Itulah sebabnya, kalau kita hanya melihat apa yang di sekeliling kita, kita hanya melihat dunia ini maka kita pasti akan tenggelam dalam samudra kehidupan ini. Oleh sebab itu saya ingin mengajak anda untuk mengubah cara pandang anda, jangan terus menerus pandang pada masalah dan persoalan. Jangan ijinkan permasalahan dan persoalan menutupi kebesaran Tuhan. Ubahlah cara pandang kita! Pandanglah kepada Tuhan dan dapati bahwa Allah lebih besar dari setiap persoalan yang kita hadapi.
Hari ini, kalau Tuhan ijinkan badai hidup menerpa kita dan menggelapkan jalan kita, sampai kita tidak dapat melihat kehadiran Tuhan, sampai kita tidak dapat melihat tangan yang terulur pada kita. Tetap imanilah bahwa tangan yang berlubang paku itu memegang hidup anda. KehadiranNya selalu ada untuk kita, dan Dia berkata “…Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani.13:5) Dan sungguh tidak akan ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasihNya.
Kita setuju bahwa rencana Tuhanlah yang terbaik untuk kehidupan kita, tetapi ijinkan saya bertanya hal ini untuk kita renungkan: “Ketika Tuhan memulai rancangan karyaNya atas hidup kita, apakah mungkin hanya untuk membiarkan jatuh kedalam lubang keputusasaan?” “Ketika Tuhan memulai rancangan karyaNya atas kehidupan kita, apakah mungkin hanya untuk membiarkan kita tenggelam dalam samudra kehidupan?” Tentunya tidak!
Olehnya ditengah ombak kehidupan yang menerpa, percayalah dan ketahuilah bahwa kasih dan kuasa Tuhan sanggup untuk menuntun kita menjalani sisa perjalanan yang ada, tanganNya sanggup membawa kita menyelesaikan tujuan dan panggilan hidup yang sudah direncanakanNya. Sebab dia bukanlah Tuhan yang bekerja separuh jalan. Dia, Allah yang memulai segala yang baik dalam hidup kita, Dia berjanji, Dia yang akan menyempurnakannya sampai pada akhirnya. Disinilah pikiran kita tidak mampu memahaminya, tetapi Tuhan pun tidak menuntut kita untuk memahami semuanya. Yang Dia minta adalah untuk kita tetap percaya, kita tetap setia, dan taat kepadaNya.
Ketika Tuhan berkata “Aku mengasihimu!” ini bukanlah sekedar ucapan kata saja, karena ketika Tuhan berkata “Aku mengasihimu.” Dia tidak tanggung – tanggu, hidupNya diberikan untuk kita. Pertanyaannya: “Kalau hidupNya saja sudah diberikan untuk kita, adakah suatu hal lain yang tidak dapat Dia berikan bagi kita?”
Tuhan bukan hanya Bapak yang baik, Dia tidak juga Bapak yang sungguh baik, bahkan Dia adalah Bapak yang terlalu baik. Sebagai Bapak yang begitu baik, Tuhan senang untuk mengirimkan hadiah bagi kita. Sayangnya, hadiah yang Tuhan berikan untuk kita selalu dibungkus dengan permasalahan. Semakin besar hadiah yang akan diberikanNya untuk kita, maka semakin besar pula permasalahan yang membungkusnya. Itulah sebabnya, kalau hari ini kita sedang diperhadapkan dengan masalah yang begitu besar, responi itu dengan benar, percayalah pasti ada berkat Tuhan yang besar dibalik permasalahan yang besar ini yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita.
Tidak akan pernah terjadi dalam hidup ini, masalah meninggalkan kita dalam keadaan yang sama seperti dia mendatangi kita. Karena selalu ada dampak dan akibat yang terjadi pada saat masalah itu datang dalam hidup kita. Dampak dan akibatnya hanya ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama: Keadaan anda menjadi lebih baik karena lewat persoalan itu kita menerima banyak pelajaran berharga, kita semakin kuat dalam hidup. Dan kemungkina kedua, sebaliknya, keadaan kita menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Dan Ketika persoalan itu membuat kita semakin buruk, maka ada respon yang salah, yang harus kita perbaiki. Bukankah Roma.8:28 berkata:
Roma.8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Allah kita adalah Allah yang turut bekerja, untuk mendatangkan kebaikan. Apapun yang kita alami, apapun yang kita hadapi, percayalah pasti ujung – ujungnya mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mengasihi Dia. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, percayalah bahwa semuanya untuk kebaikan kita. Ketika kaki sudah tidak kuat berdiri, berlututlah! Ketika tangan sudah tidak kuat menggenggam (sudah hilang semua kekuatan), lipatlah! Dan ketika kepala sudah tidak kuat ditegakkan (kita tidak berani menatap ke depan) menunduklah! Sebab kita tidak akan pernah kalah ketika kita berperang dengan lutut kita, berperang dengan kuasa doa.
Apapun, bagaimanpun, sampai kapanapun, jangan pernah lepaskan kepercayaan kepada Tuhan karena itu adalah satu – satunya jalan untuk Dia menjadi penolong dalam hidup kita. Karena ketika kita tidak lagi percaya kepada Tuhan, maka Tuhan pun tidak dapat melakukan apapun, sebab segala sesuatu terjadi dalam hidup kita oleh karena iman dan kepercayaan kita. Mujizat pun terjadi hanya oleh karena iman.
Hidup memang tidak ringan, hidup ini berat, tetapi hidup akan menjadi lebih berat ketika kita menjalani dengan mengeluh, dengan menggerutu. Itulah sebabnya Tuhan tidak suka ketika umatNya mengeluh dan menggerutu. Karena ketika kita mengeluh dan menggerutu, tidak ada ucapan syukur keluar dari mulut kita. Tidak ada orang yang mengeluh dan menggerutu sambil bersyukur. Keluhan dan gerutu adalah tanda kita tidak percaya kepada Tuhan, kita tidak percaya bahwa Dia sanggup mengubah segala sesuatu menjadi kebaikan. Ketika kita mengeluh dan menggerutu, itu adalah tanda kita kalah dengan keadaan.
Seringkali kita berpikir bahwa yang namanya dosa itu ketika kita membunuh, ketika kita mencuri, berzinah, dan lain sebaginya. Tapi tanpa kita sadari mengeluh dan menggerutu juga salah satu kategori dosa yang serius di hadapan Tuhan. Bahkan Tuhan menyamakan keluhan dan gerutuan dengan kejahatan.
Bilangan 14:27 ”Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepada-Ku telah Kudengar.
Jadi mengeluh dan menggerutu adalah dosa yang sangat serius di hadapan Tuhan. Ketika Allah mengeluarkan Bangsa Israel dari tanah Mesir, yang sudah menjadikan mereka budak turun temurun, keselamatan tersebut terjadi atas kehendak Tuhan. Dia membuat 10 tulah hanya untuk mengeluarkan Bangsa Israel dari tanah Mesir, dan ketika Tuhan mengeluarkan mereka dari tanah mesir, Tuhan menjanjikan tanah perjanjian.
Pertanyaannya: “apakah Bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian?” Tidak! Kecuali Yosua dan Kaleb. Kenapa mereka tidak masuk ke tanah perjanjian? Karena keluhan dan gerutuan. Padahal Tuhan sudah berjanji. Untuk mengeluarkan Bangsa Israel hanya membutuhkan 10 hari, tetapi ironisnya dibutuhkan 40 tahun untuk mengeluarkan pikiran Mesir dari kepala mereka. Mereka selalu protes, membanding - bandingkan kehidupan mereka di Mesir – padahal mereka dijadikan budak. Bahkan mereka berencana mengangkat pemimpinn untuk membawa mereka kembali ke Mesir. Ini adalah bukti bahwa keluhan dan gerutuan adalah dosa yang serius. Berhentilah mengeluh! Berhentilah menggerutu!
Jangan menggerutu, jangan bertanya “Tuhan kenapa permasalahan ini tidak selesai – selesai?” Ternyata seringkali yang menghambat selesainya proses itu bukanlah Tuhan. Tetapi yang mempercepat atau memperlambat proses itu adalah diri kita sendiri. Katakanlah “Tuhan saya tidak mengerti kenapa Tuhan ijinkan ini terjadi, tetapi saya tetap mau setuju, saya yakin bahwa Engkau tidak merancangakan yang jahat dalam hidup saya” maka proses itu akan cepat selesai. Sebaliknya kalau kita protes terus, mengeluh terus, menggerutu terus, maka proses itu akan semakin panjang dan lama.
Ketika kita menghadapi tantangan yang besar, seringkali kita dengan mudah berkata “saya sudah tidak kuat lagi!” Sepertinya kita yang menentukan batas kekuatan kita, sepertinya kita yang paling tahu kekuatan kita. Padahal yang paling tahu batas kekuatan kita adalah Tuhan. Dan dia yang berjanji, bahwa apapun yang terjadi, apapun yang diijinkanNya terjadi dalam hidup kita, itu tidak akan pernah melampaui kekuatan kita untuk menanggungnya. Jadi jangan pernah berkata “saya tidak kuat lagi!” karena kalau kita benar – benar sudah tidak kuat, maka tidak mungkin Allah mengijinkan itu terjadi dalam kehidupan kita. sebab Tuhan sendiri yang sudah berjanji. Artinya kalau Tuhan masih mengijinkan itu terjadi, kita dipandangNya masih cakap untuk menghadapi itu semua, kita masih mampu, kita masih bisa.
Mungkin anda membandingkan dengan orang lain dan merasa bahwa apa yang anda alami lebih berat daripada kehidupan orang. Jawaban untuk hal ini sangatlah sederhana: itu artinya di mata Tuhan, anda dianggap lebih kuat daripada orang lain. Sebab batas kekuatan setiap orang berbeda – beda dan janji Tuhan bahwa Dia tidak akan mengijinkan apapun terjadi melampaui kekuatan kita. Ketika kita menjalani itu semua, Tuhan yang akan menambah – nambahkan kekuatan bagi anda dan saya. Itu sebabnya dalam hidup ini, satu hal yang tidak boleh kita lakukan adalah "menyerah pada keadaan", tetapi yang harus kita lakukan adalah "menyerah pada kehendak Tuhan", karena Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Kalau Tuhan tidak menyerah atas keadaan kita, mengapa kita harus menyerah dengan keadaan kita!
Link Ibadah Victory Community Church: