Bacaan: Yohanes 12:1-8
Share atau dalam bahasa Indonesia berarti berbagi bukanlah suatu kata yang asing di telinga kita. Kita bisa menemukan kata 'share' di dalam sosial media kita untuk membagikan cerita pengalaman hidup atau membagikan situasi kita saat ini dengan mudah dan menyenangkan. Tetapi tidak semua hal yang dibagikan itu menyenangkan terkadang ada hal yang sangat sulit untuk dibagikan. Bukanlah hal mudah jika kita berbagi cerita yang punya sangkut paut dengan masa lalu kita yang buruk. Dimana masa lalu yang buruk itu punya sangkut paut dengan ego kita masing-masing. Pernahkah kita sulit berbagi? Pernahkah kita sulit berbagi karena punya sangkut pautnya dengan harga diri kita?
Dari cerita Yesus yang diurapi ini kita melihat hal yang sama. Di cerita ini kita dapat melihat dua tokoh yang pada saat itu juga bergumul untuk berbagi diri: Maria dan Yudas. Tetapi dari kenyataan-Nya kita semua melihat bahwa Maria berhasil memberikan hal yang terbaik dari Tuhan sementara Yudas tidak. Mengapa Maria berhasil sementara Yudas tidak padahal Yudas sendiri juga punya niat yang baik pula. Nah, mari kita melihat dan belajar dari dua tokoh ini:
1. Maria
Cerita dimulai ketika Yesus memulai perjalanannya masuk ke kota Yerusalem. Kemungkinan Dia bermalam di Betania setelah hari sabat hampir usai. Dalam tradisi Yahudi, mereka mengadakan ibadah ucapan syukur bernama Habdalah dimana mereka mengucap syukur karena telah melewati hari sabat selama seharian penuh. Dalam ibadah dan perjamuan ini, munculah Maria menghampiri dan mengurapi kaki Yesus. Disinilah kita melihat sikap hati yang ditunjukan oleh Maria. Pertama, kita melihat Maria rela mempersembahkan minyak narwastu yang dibuat dari bahan yang langka sehingga minyak itu dijual dengan harga yang mahal. Beberapa penafsir mengatakan bahwa Minyak Narwastu ini adalah barang pusaka yang diturunkan dari keluarga Maria. Kedua, dalam tradisi Yahudi, seorang hanya diurapi di kepalanya saja sementara kakinya tidak perlu. Sehingga tindakan Maria ini dinilai bodoh karena Maria memperlakukan dirinya begitu rendah di hadapan Yesus. Tetapi dari kedua sikap Maria ini menunjukan bagaimana ia mencintai Yesus. Sehingga bagi dia hal yang berharga sekalipun akan dia berikan kepada Tuhan.
2. Yudas
Pengurapan Yesus oleh Maria pada saat itu mengundang banyak pertanyaan. Selain karena Maria bertindak berlebihan, Maria juga memberikan barang pusaka milik keluarganya hanya untuk meminyaki kaki Yesus. Sehingga banyak orang yang hadir di perjamuan itu kaget dengan tindakan Maria. Tidak terkecuali Yudas yang berkomentar bahwa jika barang tersebut dijual maka hasil penjualannya dapat dibagi kepada orang miskin. Memang dikatakan Yudas ada benarnya. Tetapi melihat dari penjelasan Yohanes kita melihat indikasi bahwa Yudas adalah orang yang suka ‘mencuri’ uang dari uang kas para murid. Sehingga Yudas sedang menggunakan ‘topeng berbagi’ hanya untuk menutupi agenda pribadinya dan sifat ketamakan yang ada pada dirinya. Yudas lupa bahwa esensi berbagi adalah melepaskan ego dirinya dan membagikannya kepada orang lain.
Seringkali kita mendengar seruan untuk saling berbagi, melayani, mengasihi orang disekitar tetapi siapa yang saat ini sedang kita bagikan? Apakah kita sedang membagikan kemuliaan Allah atau sedang membagikan kemuliaan diri kita sendiri? Mari kita belajar dari Maria dan kesalahan Yudas bahwa membagikan kemuliaan Tuhan itu berarti kita mengizinkan kemuliaan Tuhan nampak lebih besar daripada kehebatan/kemampuan diri kita.
Hal ini tidak terhenti hanya di kehidupan kita sehari-hari. Bahkan di dalam dunia pelayanan di gereja, kita punya kecenderungan sering membagikan kepentingan diri kita daripada Kemuliaan Allah yang pada akhirnya ditinggikan. Belajar dari kesalahan Yudas, jangan sampai kita disibukkan dengan aktifitas sosial yg menghalangi kita untuk mencintai pribadi Tuhan. Jika Tuhan sendirilah yang menjadi objek cinta kita, percayalah akan dengan sangat mudah kita untuk melepas ego kita dan membagi diri kepada orang-orang disekitar kita.
Heavenly Joy M., S.Th.