Reborn
  
MERESPON KESENJANGAN SOSIAL
Dipublikasikan pada 28 September 2025
3 min baca

Bacaan: Lukas 16:19-31

Pertanyaan yang muncul setelah membaca Lukas 16:19-31 adalah, apakah menjadi kaya itu salah? Apakah kita semua diminta untuk menjadi orang miskin? Apakah hanya orang miskin yang akan mendapatkan segala sesuatu yang baik pada waktu yang akan datang, dan orang kaya hanya akan mendapatkan hal buruk? Apakah cerita ini menunjukkan sikap anti orang kaya. Benarkah demikian?

Lukas 16:19-31 harus dibaca dalam konteks cerita sebelumnya, yaitu Lukas 16:1-13 (renungan minggu lalu) yang bercerita tentang bagaimana seseorang seharusnya memperlakukan uang, berbuat baik melalui uang, dan tidak menjadi hamba uang. Seseorang yang mengabdi dan menjadi hamba Allah, maka ia akan memperjuangkan cinta kasih dan kebenaran dengan uangnya. Nah, dengan konteks ini maka cerita tentang “orang kaya dan Lazarus yang miskin” ini menjadi lebih jelas. Ini bukan soal menjadi kaya adalah salah. Tetapi apa yang menjadi persoalan adalah ketika uang dan kekayaan itu membuat seseorang lupa untuk menghadirkan cinta kasih dan kebenaran. Kita tidak lagi menjadi hamba Allah tetapi hamba uang, yang tidak lagi punya kemampuan untuk peduli pada kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin. Ketidakpedulian ini dapat semakin berkembang menjadi prilaku yang lebih buruk, seperti keangkuhan dan penindasan pada kemanusiaan serta kehidupan.

Ay 27-31 menarik untuk kita perhatikan terkait persoalan menjadi ‘hamba uang’ dan ‘ketidakpedulian’. Bagi Tuhan Yesus, kepada siapa kita mengabdi, dan bagaimana kita menjalankan hidup, pertama-tama bukan soal apa kata orang lain melainkan apa yang dikatakan – diputuskan oleh diri kita sendiri. Ay 31 menjadi puncaknya. Hidup iman kita tidak ditentukan oleh pihak lain (termasuk oleh orang yang sudah mati sekalipun), tetapi dibangun melalui kesediaan setiap kita untuk memproses, mendengar, dan mengolah diri bersama dengan Allah. Dalam bahasa spiritualitas ini disebut sebagai ‘laku kontemplatif’. Kesaksian Musa, para nabi, ataupun orang-orang yang ada di sekitar kita adalah bagian dari bagaimana seseorang harus secara mandiri menemukan sendiri makna menjadi benar dalam hidup (true-self). Dalam hal ini, bagaimana uang, bahkan melalui berbagai pengalaman baik dan buruk, kita tetap berkontemplasi menjadi manusia yang memperjuangkan cinta kasih dan kebenaran, kepedulian dan respon pada kesenjangan sosial. Menjalankan kontemplasi dan perenungan bukan hanya tugas orang kaya tetapi semua orang. Kita tahu orang kaya juga ada yang berusaha hidup baik, dan kita tahu ada juga orang dalam kemiskinan dan kesusahannya, tidak bersedia berkontemplasi serta membenarkan ketidakpedulian pada etika, menipu, mencuri, bahkan melakukan kekerasan pada kemanusiaan atas nama kesenjangan sosial. Karena itu pada akhirnya, merespon kesenjangan dan persoalan sosial, membutuhkan kontemplasi spiritual setiap orang untuk menjadi hamba Allah. Amin.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini