Filipi 3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Menjadikan perut sebagai Tuhan, sama artinya dengan menjadikan perkara dunia sebagai pusat pikiran mereka. Ini lebih dikenal dengan paham "Materialisme." Disini gelojoh tidak berarti hanya masalah makanan saja. tetapi artonya mengisi pikiran kita seara berlebihan dengan apa yang bisa dilihat mata, dengan materi, dengan harta benda dan kekayaan.
Segala sesuautu yang bersifat adiktif atau membuat candu, ketagihan dalam diri anda itulah yang dimaksud dengan gelojok. Materialisme sendiri secara harafiah berarti sebuah tendensi untuk menganggap kepemilikan akan hal duniawi lebih penting dibanding hal-hal yang spiritual. Dalam terjemahan Amplified, dijelaskan juga bahwa ketika pikiran kita fokus pada hal yang fana, duniawi, itu sama dengan kita sedang melakukan dosa gelojoh.
Billy Graham (Evangelist terkenal Amerika) bahkan berkata bahwa orang yang melakukan dosa gelojoh ini, mereka cenderung untuk menjadi ahli farisi, karena mereka berpikir bahwa mereka lebih kudus dibanding orang-orang yang nelakukan dosa yang lain. Mereka tidak menyadari bahwa mereka melakukan dosa yang sma fatalnya dengan orang lain.
Ini adalah dosa yang besar di mata Tuhan, karena dosa ini membuat anda mengalihkan pikiran anda dari Tuhan kepada hal-hal yang duniawi. Dari perkara-perkara yang kekal kepada perihal yang semu, yang fana, yang dapat dilihat dimata dan hanya bersifat sementara. Ini sama dengan meniadakan tempat dalam pikiran kita untuk Tuhan. itulah sebabnya hal ini sangat berbahaya, sebab hal tersebut membuat kita tidak dapat tinggal di dalam tempat kudus Tuhan. Pikiran kita tidak memiliki tempat untuk Tuhan lagi. Keamanan kita yang seharusnya pada Tuhan bergeser pada kekayaan kita, ketenaran kita, materi yang kita miliki, posisi kita.
Matius.6:11 "Berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya."
Kita akan belajar dari doa "Bapa Kami." Dalam banyak terjemahan Inggris, ayat ke-11 dituliskan "...our daily bread..." dan dalam terjemahan YLT dituliskan "...our appointed bread..." ternyata Tuhan sudah menakar, menentukan porsi roti kita setiap hari. Makanan kami yang secukupnya ternyata mengacu kepada ukuran yang Tuhan telah tetapkan kepada kita untuk setiap harinya.
2 Korintus 9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu
Roti menjadi hal yang menarik dalam hal ini, sebab kita sudah pernah belajar bahwa ada berkat roti dan berkat benih. 2 Korintus.9:10 jelas mengajarkan dan menuliskan bahwa Tuhan menyediakan 2 hal "Benih untuk ditabur" dan "Roti untuk dimakan" Pewahyuan yang Tuhan sampaikan adalah bahwa dosa gelojoh itu artinya makan secara berlebihan sampai-sampai kita memakan benih yang seharusnya di makan. Jangan meniadakan sendiri porsi benih yang Tuhan sudah tetapkan. Tanggung jawab kita adalah untuk memisahkan benih dan roti, dan kita harus belajar puas dengan porsi roti yang Tuhan telah tetapkan.
Hal ini menuntut kepekaan kita untuk dengar-dengaran dengan Tuhan dan mengerti porsi yang telah Ia tetapkan, mintalah Roh Kudus untuk terus menuntun dan menunjukkan kepada kita, dan taatilah suara Roh Kudus dalam kehidupan kita. Belajar dari kesalahan, dan terus asah ketajaman kita untuk mendengar Roh Kudus.
Benih yang Tuhan berikan jelas dikatakan untuk dilipatgandakan dan untuk menghasilkan buah-buah. Artinya ketika kita makan apa yang seharusnya untuk ditabur, kita sedang meniadakan tuaian kita di masa yang akan datang, sebab kita tidak menanam benih tersebut.
Yehezkiel 16: 49-50 49Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. 50Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat itu.
Bukanlah suatu dosa untuk hidup dalam kelimpahan dan kesenangan, tetapi hal ini menjadi dosa ketika kita tidak melakukan tanggung jawab kita. Artinya ketika kita berkelimpahan tetapi kita tidak menolong yang sengsara, miskin, hal ini sama dengan dosa -- ini merupakan tingkatan ke-Kristen-an yang lebih tinggi, dimana bukan lagi tentang salah dan benarnya apa yang kita lakukan tetapi justru ketika kita tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, hal tersebut diperhitungkan sebagai dosa dalam kehidupan kita.
Dalam kedewasaan iman, kita dituntut untuk mengerti tanggung jawab kita. Kelalaian kita untuk mengerjakan tanggung jawab kita menjadi suatu dakwaan yang dapat dituntutkan kepada kita. Perhatikan kehidupan orang yang miskin dan sengsara, khususnya ketika kita hidup dalam kelimpahan.
Dalam perenungan saya, Tuhan memberikan saya dua pilihan, yang juga menjadi perenungan bagi kita semua, dan hal ini adalah pilihan:
#1. Hidup dalam kebebasan dengan keterbatasan, atau
#2. Hidup dengan limitasi (keterbatasan) di dalam ketidak-terbatasan.
Apa maksudnya? Ya kita memang hidup dalam kebebasan yang Tuhan sudah anugrahkan. Dia telah memerdekakan kita. Tetapi ketika kita tidak melimit hidup kita, maka keadaanlah yang akan membatasi hdup kita. kalau diibaratkan dengan ikan dan akuarium, ikan ini memang bebas melakukann apapun di dalam akuarium tersebut, tetapi keadaanlah yang membatasinya, limit air di dalam akuarium itulah yang menjadi batasannya. Ini pilihan pertama: kita memilih untuk hidup tanpa limitasi, tetapi keadaanlah yang membatasi anda.
Pilihan kedua: Anda hidup dengan memberikan batasan pada diri anda di tengah-tengah kelimpahan yang Tuhan berikan kepada anda. Analoginya seperti ikan dalam akuarium yang tersambung dengan pancuran air kran yang tidak pernah habis mengiri air dalam akuarium itu. Gembala kita, mengajarkan bahwa untuk dapat menikmati hidup sepenuhnya dalam kemerdekaan kita justru harus belajar hidup dalam limitasi ditengah-tengah kelimpahan.
Seringkali kita dikelabui di jahat dengan menanamkan pikiran bahwa hidup dalam keterbatasan/aturan itu sangat tidak enak. Bahwa lebih enak hidup dalam kebebasan daripada hidup dalam keterbatasan. Padahal ketika kita hidup dalam batasan yang dari Tuhan dan kita puas dengan porsi yang Tuhn berikan baik itu porsi roti dan benih, maka di titik itulah Tuhan akan memberikan ketidakterbatasan dalam kehidupan kita.
Karena Tuhan tahu bahwa kelimpahan yang diberikanNya, pasti akan kita tabur untuk kepentingan Kerajaan Allah. Belajarlah puas dengan roti yang Tuhan sudah tetapkan. Karena ketika kita tidak puas dengan takaran yang sekarang, maka dengan takaran berapapun yang Tuhan berikan kita tidak akan pernah puas. Mata manusia seperti dengan dunia orang mati yang tidak pernah puas dengan apapun. Belajarlah untuk memuaskan diri dengan berapapun dan apapun yang Tuhan percayakan dalam hidup anda.