Untuk menjadi pribadi yang efektif dan berhasil dalam kehidupan ini, ada 3 hal yang harus dikuasai oleh setiap orang :
1. Leadership, dalam hal sekecil apapun kalau anda seorang ayah, anda harus cakap memimpin keluarga anda, seorang ibu rumah tangga pun perlu mengerti cara memimpin anak – anaknya. Minimal dalam hidup ini, kita harus bisa memimpin diri kita sendiri.
2. Relationship (komunikasi), dalam hubungan dengan sesama, komunikasi menjadi sangat penting karena hal ini menentukan baik tidaknya jalinan yang ada dengan sesama.
3. Stewardship, kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini tidak ada satu hal pun yang kita miliki, Tuhan tidak menciptakan kita untuk memiliki sesuatu, tetapi untuk mengelola apa yang Tuhan percayakan kepada kita.
Oleh sebab itu, lebiasaan kelima, yang akan kita bahas banyak mengajar bagaimana untuk memahami dan mengerti orang lain terlebih dahulu, sebelum kita meminta atau menuntu unutk dipahami. Di sini sebenarnya pelajaran utamanya adalah mengenai seni komunikasi. Seni komunikasi diawali dengan pemahaman 4 dasar komunikasi:
1. Membaca
2. Menulis
3. Berbicara
4. Mendengarkan
Orang – orang yang sukses adalah orang – ornag yang menguasai seni komunikasi. Anda bisa melihat bahwa semua orang hebat adalah orang – orang yang pandai berkomunikasi. Tetapi kita perlu mnenyadari bahwa komunikasi yang tertinggi bukan “bagaimana anda berbicara?” tetapi komunikasi tingkat tertinggi adalah “Seni Mendengarkan” Banyak yang fasih dan pandai berbicara tetapi tidak memiliki kecakapan untuk mendengar.
Mengenai mendengarkan ini, kita akan belajar beberapa tingkatan “mendengarkan” yang umum dilakukan seseorang ketika berkomunikasi :
1. Mengabaikan : tidak mendengarkan sama sekali
2. Berpura-pura : “Ya. Hmm. Benar.”
3. Mendengarkan selektif : hanya mendengarkan bagian-bagian tertentu dari percakapan
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian : memperhatikan dan memusatkan energi pada kata-kata yang diucapkan
Sangat sedikit dari kita yang pernah berlatih mendengarkan pada tingkat kelima, bentuk mendengarkan tertinggi: tingkat Mendengarkan Dengan Empatik. Mendengarkan dengan empati melibatkan masuk ke dalam kerangka acuan orang lain, dengan maksud untuk memahami yang sebenarnya. Melihat dunia seperti yang dilihat orang lain sehingga memungkinkan kita untuk memahami perasaan mereka. Di tingkat ini, kita seperti bertukar posisi dengan orang tersebut, kita memposisikan diri dalam situasi orang tersebut.
Ketika kita kembangkan cara mendengar empatik ini dalam kehidupan anda, anda akan menjadi orang yang luar biasa. Dalam pekerjaan, pelayanan, keluarga, sehingga Ketika anda mendengar, anda bisa merasakan, sehingga andna bisa ikut menangis dengan yang menangis dan bersukacita dengan yang bersukacita.
Untuk mendengarkan dengan empatik memang tidak mudah, bahkan cenderung sulit! Tetapi bukan Tak Mungkin. Sulit! Karena siapa bilang menjadi orang baik itu gampang, namum justru itulah tantangannya. Bahkan pepatah Cina pun berkata “Untuk menjadi orang baik, anda harus siap disakiti.” Tetapi kita harus tahu bahwa tidak ada yang mustahil. Selama kita berusaha. Pasti kita bisa. Di tengah dunia yang jahat ini kita harus tetap berbuat baik. Pertanyaan sebenarnya bukanlah sulit atau gampangnya. Menerapkan Habit 5 dalam hidup – berempati itu lebih kepada: “Mau atau Tidak” menjadikannya kebiasaan kita.
“Pertama tentang KEBENARAN (truth). Yakinkah kamu bahwa yang akan kamu katakan itu benar?”
“Pertanyaan kedua tentang KEBAIKAN (goodness). Apakah yang akan kamu ceritakan kepada saya mengenai teman saya itu adalah sesuatu yang baik?”
“Sekarang pertanyaan ketiga, tentang KEMANFAATAN (usefulness). Apakah hal yang ingin kamu ceritakan kepada saya tentang teman saya tersebut akan bermanfaat buat saya?”
3 filter diatas bisa menjadi patokan sebelum kita mendengarkan cerita seseorang tentang orang lain maupun tentang hal – hal yang terjadi di sekitar kita: Kebenaran, Kebaikan, dan Kegunaan! Apapah BENAR? Apalah BAIK? Apakah BERMANFAAT? Ini menjadi 3 hal untuk berkomunikasi dalam keadaan apapun
Mengenai hal ini, kita akan belajar 3 nasehat dan peringatan Firman Tuhan yang perlu kita perhatikan dan kita latih dalam kehidupan kita sehingga kita bisa menjadi komunikator yang handal, kita bisa memahami orang lain terlebih dahulu dan membuat orang lain mudah untuk memahami kita.
Yakobus 1:19-20 (TB) 19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; 20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
James 1:19-20 (AMPC) 19 Understand [this], my beloved brethren. Let every man be quick to hear [a ready listener], slow to speak, slow to take offense and to get angry. 20 For man’s anger does not promote the righteousness God [wishes and requires].
Pelajaran pertama adalah untuk cepat mendengar, “a ready listener” – siap untuk mendengar. Tetapi harus lambat untuk berkata. Ayat ini mengajar kita bahwa untuk menjadi pendengar yang baik, kita tidak boleh terlalu cepat menyampaikan apa yang anda pikirkan. Hal ini dapat anda terapkan dalam seluruh aspek kehidupan anda. Tahan mulut anda untuk berucap, tetapi selalu siapkan telinga anda untuk mendengar!
Amsal 29:20 Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.
Proverbs 29:20 (MSG) Observe the people who always talk before they think—even simpletons are better off than they are.
(TPT) There’s only one kind of person who is worse than a fool: the impetuous one who speaks without thinking first.
Orang bebal, dalam bahasa aslinya menggunakan kata “orang yang tidak memiliki harapan”, masih lebih berpengharapan dibanding mereka yang berbicara tanpa berpikir. Itulah pentingnya untuk berhati – hati menggunakan perkataan kita. Jangan berlagak tahu banyak padahal hanya tahu sedikit. Pikirkan matang – matang sebelum berbicara atau berkata – kata. Kenapa hal ini sangat penting? Amsal 18:17 menjawab pertanyaan ini.
Amsal 18:17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.
Proverbs 18:17 (MSG) The first speech in a court case is always convincing—until the cross-examination starts!
(TPT) There are two sides to every story. The first one to speak sounds true until you hear the other side and they set the record straight.
Selalu ada dua sisi dalam semua permasalahan. Jangan hanya mendengar satu sisi, tetapi dengarkan sisi lainnya juga. Karena Alkitab berkata bahwa seringkali yang berbicara duluan selalu merasa dirinya paling benar. Kita harus memiliki hati yang luas untuk mendengar segala sesuatu dari dua sisi. Bahkan omongan dari orang kepercayaan anda pun harus anda cek kebenarannya, apalagi kalau hatinya jahat.
Ingat kisah Ahitofel – penasihat Daud, yang Alkitab tuliskan bahwa nasihatnya seperti nasihat surga, tetapi suatu ketika karena cucunya, Batsheba, dihamili oleh Daud, Ahitofel merencanakan kudeta dan berpihak kepada Absalom. Hal tersebut membuat Ahifotel, memberikan nasihat kepada Absalom untuk meniduri gundik – gundik Daud di tempat terbuka, dan nasihat ini dituruti oleh Absalom meskipun itu tidak benar. Inilah pentingnya filter, filternya adalah Firman Tuhan. Filternya adalah dengan mendengar dari semua pihak, mendengar yang benar dan menyeluruh.
Amsal 18:13 Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.
Proverbs 18:13 (MSG) Answering before listening is both stupid and rude.
(TPT) Listen before you speak, for to speak before you’ve heard the facts will bring humiliation.
Dengarkan dahulu sebelum anda berbicara, karena ketika anda berucap sebelum mengetahui faktanya, anda bisa direndahkan, ini adalah kebodohan dan kecelaan anda, kebodohan dan sikap yang tidak baik.
Memahami seseorang sebelum menuntut untuk dimengerti sangatlah penting, bagaimana untuk mengetahui dan memahami seseoran? Anda harus mengetahui fakta yang benar dan menyelurus. Belajarlah mendengar dengan empati, baru anda dapat mengerti dan dapat memberi solusi yang baik,
Inilah hukum emas, the golden rule, yaitu DENGARKAN! Mendengarlah! Memang tidak mudah, tetapi anda dapat melatih diri anda untuk mendengar dengan empati. Kalau anda ingin menjadi hebat dalam kehidupan anda, pekerjaan, pelayanan, keluarga, maka anda harus dapat menguasai seni mendengarkan ini.
Kairos disini melingkupi 5 unsur ketepatan yaitu: TUJUAN yang tepat, WAKTU yang tepat, JAWABAN yang tepat, CARA yang tepat, dan ORANG yang tepat
Amsal 15:23 (TB) Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!
(VMD) Orang bergembira jika mereka memberikan jawaban yang baik. Perkataan yang benar pada waktu yang tepat adalah hebat.
Proverbs 15:23 (TPT) Everyone enjoys giving great advice. But how delightful it is to say the right thing at the right time!
Tujuan yang benar saja ternyata tidak cukup, anda harus mengerti waktu yang tepat dan anda harus memiliki jawaban yang tepat untuk disampaikan dengan cara yang tepat kepada orang yang tepat. Dan untuk dapat melakukan kelima hal ini kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Kita membutuhkan perkenanan Tuhan. Kalau kelima hal tersebut tidak tepat maka yang terjadi adalah kehancuran. Itulah sebabnya kebiasaan kelima ini berbicara dan mengajar tentang komunikasi.
Bagaimana keluhan klien kita mengerti? Bagaimana komplain pegawai dapat kita dengar dan mengerti? Sederhananya adalah kalau kita dapat menghormati dan menghargai orang maka mereka akan menghormati kita.
Amsal 25:11 (TB) Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.
Proverbs 25:11 (MSG) The right word at the right time is like a custom-made piece of jewelry,
(TPT) Winsome words spoken at just the right time are as appealing as apples gilded in gold surrounded with silver.
Perhatikan ayat di atas, Alkitab menuliskan bahwa perkataan yang tepat di waktu yang tepat itu seperti perhiasan yang dibuat dengan special. Seringkali kita memberi nasihat kepada orang yang tidak mengharapkan nasihat kita, dan itu adalah sebuah kesia – siaan. Kita perlu belajar untuk berbicara di waktu yang tepat. Itulah sebabnya saya belajar, kalau seseorang tidak membutuhkan, saya tidak akan menahan diri untuk bicara.
Analoginya seperti seorang yang sakit, ketika dia tahu dia sakit dan perlu ditolong, maka apapun yang dikatakan dokter pasti dituruti. Persoalannya terkadang orang yang sakit tidak menyadari dan tidak mau diberitahu akhirnya apapun yang dikatakan oleh si dokter tidak didengarkan dengan baik, bahkan nasihat yang sebenarnya baik untuk orang tersebut akhirnya menjadi sia – sia.
Kebiasaan kelima “Seek First To Understand, Then To Be Understood.” Sebenarnya sejalan dengan nasihat Alkitab yang mengajarkan kita untuk lambat untuk berkata-kata tetapi cepat untuk mendengar, belajar untuk mengendalikan perkataan (jangan berkesimpulan terlalu cepat) , dan untuk mengerti KAIROS TUHAN. Menjaga mulut, menguasai diri, dan memperhatikan kebutuhan orang lain.