Reborn
  
Terus Belajar Berjalan Bersama Sebagai Gereja
Dipublikasikan pada 28 Agustus 2022
4 min baca

Bacaan: Ibrani 13:1-8, 15-16

Gereja Kristen Indonesia (GKI) sebagai sebuah sinode adalah gereja pertama di Indonesia yang justru hadir karena penyatuan tiga sinode gereja yang berbeda, yaitu GKI Sinode Jawa Barat, GKI Sinode Jawa Tengah, dan GKI Sinode Jawa Timur. Meskipun sama-sama bernama GKI, mulanya ketiga sinode ini merupakan gereja yang berdiri sendiri-sendiri. Pada tanggal 22 Februari 1934 di Jawa Timur berdirilah gereja yang kemudian disebut GKI Jawa Timur. Demikian juga, pada tanggal 24 Maret 1940 di Jawa Barat berdirilah gereja yang kemudian disebut GKI Jawa Barat, dan pada tanggal 8 Agustus 1945 di Jawa Tengah berdirilah gereja yang kemudian disebut GKI Jawa Tengah.

Awalnya, ketiga gereja ini dikenal dengan nama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) yaitu gereja berbahasa Hokian. Nama Gereja Kristen Indonesia sendiri mulai digunakan pada tahun 1950. Seiring dengan menguatnya semangat nasionalisme. Penetapan nama ini menunjukkan kesadaran GKI untuk dapat menjalankan misi dan panggilannya secara nasional, tidak lagi terikat pada suku tertentu saja. Sejak tanggal 27 Maret 1962 ketiga gereja itu memulai upaya menggalang kebersamaan untuk mewujudkan penyatuan GKI, dalam wadah Sinode Am GKI. Sesudah melewati perjalanan hampir tiga dekade lamanya, pada tanggal 26 Agustus 1988 ketiga gereja tersebut diikrarkan menjadi satu gereja. Artinya, sebagai sebuah sinode, tahun ini kita merayakan ulang tahun GKI yang ke-34.

Upaya untuk terus berjalan bersama sebagai gereja tentu bukan hal yang mudah, karena baik setiap jemaat, klasis dan sinode wilayan memiliki konteks dan pengalaman yang beragam. Namun justru dalam keberagaman inilah semangat kesatuan menjadi semakin bermakna. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. Kita tetap dapat berjalan bersama sebagai gereja, ketika semua pihak yang terlibat bersedia untuk mengikatkan diri pada relasi, visi, dan misi yang lebih besar. Semangat berjalan bersama ini penting dimiliki agar kita mampu menghadapi berbagai tantangan sebagai gereja.

Surat Ibrani adalah surat yang dituliskan bagi orang-orang Kristen yang mengenal hukum dan tradisi Yahudi. Mereka adalah orang-orang yang hidup di perantauan yang membutuhkan nasihat, bimbingan, dan penghiburan. Surat Ibrani 13:1-8 memberi penegasan akan pentingnya memelihara kasih persaudaran. Kesediaan untuk terus memelihara kasih persaudaraan tersebut ditunjukkan melalui perilaku hidup sehari-hari: bersikap ramah dan mau berbagi (memberi tumpangan), tidak bertindak sewenang-wenang, menghormati kekudusan relasi pernikahan, tidak menghalalkan berbagai cara untuk mendapat uang, dan berbagai sikap etis yang lain.

Kehidupan sehari-hari bersama dengan orang lain adalah pengalaman iman yang nyata yang mencerminkan bagaimana kita sebagai orang beriman membangun hubungan dengan Allah. Sebagai komunitas orang beriman, di tengah segalah tantangan yang kita hadapi, kita justru diajak untuk terus memelihara kasih persaudaraan. Kesetiaan kita menjalankan sikap etis seperti yang dicontohkan oleh Surat Ibrani bukan semata ketaatan pada hukum, tradisi atau dogma. Melainkan sebagai tanda bahwa kita sungguh berupaya berjalan bersama. Kiranya semangat untuk terus berjalan bersama ini ada dalam diri GKI Emaus sebagai jemaat lokal, maupun kita sekalian sebagai bagian dari Gereja Kristus Indonesia. Selamat ulang tahun untuk kita semua!

Pdt. Lydia Laurina L.P.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini