Bacaan : Ayub 25:1–29:25
Mengerti kebesaran Allah dan kehadiran-Nya
Pernahkan Anda merasa kewalahan dengan masalah dan kesulitan yang sedang Anda hadapi? Pernahkan Anda meragukan kemampuan Allah untuk menolong Anda?
Ayub mengerti kebesaran Allah. Dia berkata, ‘Aku akan mengajarimu tentang tangan Allah’ (27:11a). Dia mengemukakan bahwa kuasa Allah di dunia ini baru sebagian kecil dari karya-Nya’ (Ay.12).
Allah berkuasa untuk menolong Anda. Allah tidak hanya berkuasa menolong Anda; Dia juga mengasihi Anda untuk berbuat demikian. Ayub menyadari segalanya tentang kehadiran Allah. Ayub telah 'bergaul karib dengan Allah' (29:4) di mana dia menemukan hikmat sejati.
'Takut akan Allah itulah hikmat, dan akal budi adalah menjauhi kejahatan’ (28:28). 'Takut akan Allah' berarti menghormati Allah. Di dalam persahabatan dengan Allahlah, Anda menemukan hikmat. Kini kita tahu bahwa Yesus Kristus adalah Hikmat Allah. Di dalam persahabatan yang akrab dengan Yesuslah, Anda menemukan hikmat sejati.
Ayub menggambarkan besarnya nilai hikmat: ‘Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh?... Hikmat tidak dapat digantikan dengan emas murni, dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak... Allah mengetahui jalan ke sana, Ia juga mengenal tempat kediamannya... “Takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi”’ (28:12,15-28).
Hidup yang semacam itu akan menuntun kita untuk menjauhi kejahatan (Ay.28) dan menyelamatkan orang sengsara (29:12). Ayub menggambarkan kehidupan yang benar itu dengan membantu ‘orang sengsara... anak yatim... orang yang nyaris binasa... janda... orang buta... orang lumpuh... orang miskin... orang yang tak dikenal’ (Ay.12-16). Ayub tak hanya peduli dengan kesengsaraan, tetapi juga keadilan: ‘aku berpakaian kebenaran; dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban... Geraham orang curang kuremuk, dan kurebut mangsanya dari giginya’ (Ay.14,17).
Ketika Anda dekat dengan Allah, kepedulian-Nya menjadi kepedulian Anda. Seperti Ayub, Anda akan memiliki hasrat untuk menolong yang miskin, anak yatim, tunawisma, dan para janda Selain itu, Anda merasa ingin menolong korban ketidakadilan, dan anda juga merasa ingin merawat orang buta, orang lumpuh, yang membutuhkan, dan para pengungsi di tempat Anda.
Ayub tidak kehilangan persahabatannya dengan Allah. Tetapi, dia telah kehilangan pemahaman akan persahabatannya dengan Allah karena dia mengalami penderitaan yang begitu hebat. Tampaknya Tuhan menjauh darinya. Anda mungkin terkadang mengalami hal yang serupa. Jika ya, biarlah kisah Ayub ini menguatkan Anda.
Ketika kita sampai di akhir kitab Ayub ini, kita mengerti bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Allah bahkan memberkatinya lebih daripada yang dia bayangkan. Allah juga memulihkan pemahamannya akan persahabatan intim Allah dengan Ayub..
Kini melalui Yesus, kita semua dapat mengalami persahabatan yang intim dengan Allah yang besar dan merasakan berkat-Nya dalam hidup kita.
Mari berdoa : Tuhan, terimakasih atas teladan Ayub. Dalam masa kesulitan, biarlah aku tetap memegang janji atas hubungan intim dan berkat-Mu dalam hidupku. Saat kumendekat pada-Mu, biarlah kepedulian-Mu akan keadilan dan kesengsaraan menjadi kepedulianku juga..