Reborn
  
KATA DAN PERBUATAN, CERMIN KARAKTER
Dipublikasikan pada 06 April 2025
3 min baca

Bacaan: Yohanes 12:1-8

Kebanyakan kita berharap perbuatan baiknya diterima dan dihargai. Namun, bagaimana jika respons yang kita terima malah negatif? Akankah kita tetap melakukannya? Yohanes 12:1-8, berkisah tentang kebaikan Maria yang mendapatakan respon secara negatif oleh Yudas dan orang-orang yang ada pada saat itu.

Kisah ini terjadi beberapa hari sebelum Paskah, ketika Yesus dan murid-murid-Nya mengunjungi Betania dan singgah di rumah Lazarus yang telah dibangkitkan oleh Yesus. Di sana, diadakan pesta untuk menyambut mereka di rumah Simon si Kusta. Maria dan Martha, saudara perempuan Lazarus, menunjukkan rasa syukur mereka kepada Yesus dengan cara yang berbeda.

Martha, mengambil peran sebagai pelayan meja, ia menunjukkan kasihnya dengan melayani Yesus melalui pekerjaan tangannya. Ia menyajikan jamuan dengan penuh perhatian, meskipun tidak mendapatkan perhatian khusus. Tindakan ini mengajarkan kita bahwa melayani, baik di rumah tangga maupun di tempat umum, memiliki nilai yang sama di hadapan Tuhan, selama dilakukan dengan motivasi yang benar.

Maria, mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan cara yang lebih mendalam. Ia menuangkan minyak narwastu yang sangat mahal ke kaki Yesus, sebagai tanda penghormatan dan syukur atas kebangkitan saudaranya, Lazarus. Minyak ini, yang setara dengan satu tahun upah kerja, menunjukkan pengorbanan besar Maria. Tindakannya menggambarkan pengabdian total kepada Yesus, bahkan hingga merendahkan dirinya untuk menyeka kaki Yesus dengan rambutnya—sebuah tindakan yang dianggap tabu. Meskipun ada kritik, dari Yudas, Maria tetap memberi yang terbaik untuk Tuhan, tanpa mengutamakan penghargaan atau harga diri.

Yesus memaknai tindakan Maria sebagai sebuah simbol dari pengurapan sebelum kematian dan penguburan-Nya. Tindakan Maria bukan hanya ungkapan kasih, tetapi juga penghormatan terhadap pengorbanan besar yang akan Yesus lakukan di kayu salib.

Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan seberapa besar pengorbanan kita dalam melayani Tuhan. Apakah kita siap memberikan yang terbaik, meskipun tanpa mendapatkan pujian atau penghargaan? Apakah kita melayani dengan hati yang tulus dan penuh kasih, seperti Maria dan Martha?

Kisah ini juga menolong kita untuk diajak untuk menyelaraskan kata-kata dengan perbuatan. Jangan hanya berbicara tentang kasih, tetapi tunjukkan kasih melalui tindakan nyata. Maria tidak hanya menyatakan syukur melalui kata-kata, kasih dan syukur itu dinyatakan dalam perbuatan nyata, yang berbeda dengan Yudas, kata-katanya sepertinya peduli, tetapi nyatanya dia seorang pencuri.

Penting bagi kita juga untuk memeriksa motivasi kita dalam segala hal yang kita lakukan, apakah untuk kemuliaan Tuhan atau untuk kepentingan diri sendiri. Kiranya perbuatan baik yang kita lakukan lahir dari karakter yang mengasihi Tuhan. (DS)

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
3 Orang Membaca