Bacaan Matius 14:22–15:9
2. Tetap berseru kepada Allah dalam badai pencobaan
Yesus gemar berdoa – ‘Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri’ (14:23). Ketika Anda sendirian dengan Allah, Anda dapat berbicara kepada-Nya dari lubuk hati yang terdalam.
Kedekatan-Nya pada Allah memampukan Yesus berjalan di atas air. Dia menyuruh Petrus berbuat hal yang serupa. Tetapi, ketika Petrus merasakan ‘tiupan angin’ (Ay.30) dia mulai panik. Terkadang, ketika segalanya memburuk, kita berpaling dari Yesus. Ketika fokus kita hanya pada keadaan kita, kita mulai ‘tenggelam’. Dalam situasi ini, Petrus berdoa dalam kepanikan: ‘Tuhan, tolonglah aku!’ (Ay.30).
Meski doanya dengan panik, itu juga seruan dari hati. Segera Yesus meraih tangannya dan memegangnya (Ay.31). Ketika saya mengingat segala doa panik saya dahulu , sungguh ajaib mengetahui bahwa beberapa di antaranya terkabul.
Ketika Yesus dan Petrus kembali ke perahu, angin pun reda dan ‘orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”' (Ay.33).
Peristiwa ini berakhir dengan diberikannya hati para murid itu dalam bentuk penyembahan. Ini luar biasa. Orang-orang Yahudi penganut paham Monotheisme, yang tahu perintah Musa bahwa Allah saja yang harus disembah, menyembah Yesus dan mengakui bahwa 'Yesus adalah Anak Allah'.
Kenyataannya, firman pertama Yesus kepada para murid-Nya ketika berjalan di atas air secara harafiah adalah ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut’ (Ay.27). (‘Aku ini’ dalam terjemahan lain adalah “Aku adalah Aku’). ‘Aku ini’ atau ‘Aku adalah Aku’ adalah nama Allah di Perjanjian Lama (Keluaran 3:14). Yesus menyatakan pada para murid dan kita bahwa Dia ialah ‘Aku adalah Aku’, jadi tidak usah takut. Bagaimanapun keadaan Anda sekarang, selalu ada ketenangan karena Yesus yang mengendalikan.
Anda mungkin seringkali tidak paham akan perbuatan Yesus atau kenapa Dia membiarkan hidup berjalan begitu saja, tetapi ketahuilah bahwa Dialah yang mengendalikan.
Mereka membawa kepada Yesus semua yang sakit dan yang membutuhkan kesembuhan. ‘Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh’ (Matius 14:36).
Di pasal berikutnya (15:1-9), Yesus menantang orang Farisi perihal isi hati mereka (Ay.8). Mereka duluan yang menantang Yesus mengenai murid-murid-Nya yang melanggar adat istiadat. Tetapi, Yesus langsung membalikkan keadaan.
Alkitab jelas-jelas menyatakan bahwa kita harus memelihara keluarga kita dan menajadikan hal tersebut sebagai proritas penting dalam hidup kita – khususnya orang tua kita. Orang Farisi beralasan bahwa apa yang dipersembahkan kepada Allah tidak bisa digunakan untuk pemeliharaan orang tua mereka (Ay.5).
Yesus menyebut mereka munafik, yang artinya ‘memakai topeng’. Topeng mereka adalah menyembah Allah dengan bibir, tetapi nyatanya, ‘hatinya jauh dari pada Allah’ (Ay.8). Allah lebih berkenan akan hati daripada ucapan belaka.
Mari kita berdoa :
Tuhan, aku menyembah-Mu. Terimakasih karena aku tidak perlu takut – ketika keadaan memburuk, aku tetap bisa berbicara pada-Mu dan Engkau mendengar doaku.