Bacaan: Lukas 12:32-40
Ketakutan adalah bagian dari hidup manusia. Kita takut kehilangan, takut masa depan, takut kekurangan, bahkan takut ditinggalkan. Dalam konteks kehidupan modern yang serba tidak pasti—ekonomi goyah, lingkungan tidak aman, relasi tidak stabil—rasa takut bisa menguasai hati siapa saja. Namun, Yesus menyampaikan pesan yang sangat lembut dan penuh kuasa kepada para murid: “Jangan takut.” Mengapa? Karena Bapa di surga adalah Raja, dan Ia berkenan memberikan Kerajaan-Nya kepada kita.
Ketika kita menyadari bahwa kita hidup dalam pemeliharaan Allah yang penuh kasih, kita tidak perlu hidup dalam ketakutan. Kita adalah kawanan kecil yang dijaga oleh Gembala Agung. Keyakinan ini membebaskan hati dari rasa kuatir. Kita tidak perlu menyimpan segala sesuatu dengan gelisah, karena Allah tahu apa yang kita butuhkan.
Namun, Yesus tidak hanya memanggil kita untuk “tidak takut,” Ia juga memanggil kita untuk berjaga-jaga. Artinya, hidup dengan kewaspadaan rohani. Ini bukan kewaspadaan karena panik atau curiga, tetapi karena kita sadar bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk berbuat kasih Allah secara nyata. Kita dipanggil untuk aktif: memberi kepada yang membutuhkan, mengasihi tanpa syarat, dan menjadi terang di tengah dunia yang gelap.
Kewaspadaan sejati bukan diam dan menunggu, tetapi aktif melakukan kebaikan, setia dalam hal kecil, dan tanggap terhadap kehendak Allah. Yesus menggambarkan hamba yang berjaga menantikan tuannya—mereka diberkati karena setia, bukan karena sempurna. Mereka hidup dalam pengharapan, bukan dalam ketakutan.
Jadi, mari kalahkan ketakutan dengan kewaspadaan. Bukan dengan lari dari masalah, tetapi dengan menghadapinya bersama iman dan kasih. Tuhan sudah menjamin masa depan kita—Kerajaan-Nya menjadi milik kita. Maka hari ini, kita hidup bukan dalam bayang-bayang rasa takut, melainkan dalam terang kasih dan kuasa Tuhan.
“Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang berjaga-jaga ketika ia datang.”
(Lukas 12:37)