Reborn
  
PAKAI AKU TUHAN
Dipublikasikan pada 07 Mei 2025
2 min baca

Bacaan: Yesaya 6: 1-8

Sahutku, “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8b)

Merasa diri kecil, tidak mempunyai bakat, serta sulit untuk berkembang dan maju? Perasaan semacam ini bisa dialami oleh siapa saja. Menyadari keterbatasan dan kekurangan diri sendiri pada dasarnya merupakan hal yang baik. Namun, kalau karena kesadaran tersebut kita kemudian menjadi minder dan mudah menyerah, itu tidak sehat.

Saat dipanggil TUHAN untuk menjadi nabi-Nya, Yesaya merasa bahwa dirinya tidak pantas. Dengan mulutnya ia berkata bahwa ia seorang yang najis bibir. Ia pun hidup di antara bangsa yang najis bibir. Sedangkan seorang nabi adalah pribadi yang menyampaikan isi hati TUHAN pada umat. Tuhan itu kudus dan mulia. Bagaimana Yesaya bisa menjadi nabi-Nya? Dalam perasaan tidak layak itulah, TUHAN menjamah bibir Yesaya. Ia menguduskan bibir mulutnya. TUHAN memantaskan Yesaya. TUHAN juga yang memberikan kepadanya kuasa. Karena itu, Yesaya dengan bibir yang “baru” berkata: “Ini aku, utuslah aku.” Yesaya terbuka pada karya TUHAN. Ia mau memberikan diri dipakai oleh-Nya, sekalipun ia memiliki kekurangan dan berada dalam lingkungan yang sulit.

Saudara, sadar diri, yes. Minder dan menyerah, jangan! Dalam kerapuhan dan keberdosaan, Tuhan bisa menguduskan dan memberdayakan kita untuk maksud-Nya. Tuhan menitipkan kepada setiap orang bakat atau potensi untuk dikembangkan dan untuk menyatakan kasih-Nya bagi orang lain. Bahkan, profesi yang kita geluti sejatinya adalah titipan dan panggilan Tuhan. Karena itu, jalanilah panggilan itu dengan terbuka pada pimpinan-Nya.

REFLEKSI:

Aku bukan orang hebat, tetapi Tuhanku dahsyat. Terbuka pada pimpinan-Nya membuat aku bisa menatap masa depan dengan yakin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini