Tahun 2023 merupakan Tahun Perkenanan Tuhan, tahun dimana Tuhan mencurahkan berkat-berkatNya, tahun dimana Tuhan membuka pintu-pintu berkatNya. Diakhir tahun 2022 setelah tutup tahun, Tuhan perintahkan saya untuk datang dibawah kakiNya, meskipun saat itu saya lelah, saya belajar untuk taat dan disitulah Tuhan berkata bahwa Tahun 2023 adalah Tahun Perkenanan Tuhan, tahun dimana anak-anakKu akan mengalami tuaian, tahun dimana Tuhan akan menjawab doa-doa anakNya di tahun-tahun yang lalu. Dan untuk mendapatkan perkenanan Tuhan, Tuhan mengajar beberapa langkah yang harus kita ambil. Tuhan mengajarkan kita untuk mengikuti teladan Daud.
Kisah Para Rasul 13:22 Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.
Tuhan berkata bahwa Daud bin Isai adalah seorang yang berkenan di hatiNya. Ketika kita mendapatkan perkenanan Tuhan, sebenarnya kita sudah mendapatkan semuanya. Mendapatkan perkenanan Tuhan membuat pintu-pintu terbuka dengan sangat mudah dan ketika Tuhan sudah berkenan maka tidak ada yang dapat menghalangi lagi. Pertanyaannya: "Kenapa Daud mendapat perkenanan hati Tuhan?" Padahal kita tahu bahwa perjalanan kehidupan Raja Daud bukanlah suatu perjalanan yang sempurna, dia pernah jatuh dalam perzinahan, dia pun pernah membunuh. Tuhan tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tetapi beberapa hal inilah yang membuat Daud mendapatkan perkenanan Tuhan:
1. Daud tidak memikirkan diri sendiri tetapi memikirkan tentang Tuhan.
Daud memikirkan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Sudahkah kita memikirkan keinginan Tuhan? Kalau kita memikirkan apa yang menjadi kehendak Tuhan, sehingga hidup kita adalah hidup yang selaras dengan keinginanNya, pasti dengan mudah Tuhan membukakan berkatNya atas kita. Tetapi seringkali tanpa kita sadari, kita memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak kita. Tanpa sadar kita jadikan Tuhan sebagai “tambal butuh” – artinya kalau waktu aku ada perlunya, baru cari Tuhan, kalau aku ada masalah, aku baru cari Tuhan. Tapi dalam keadaan baik kita merasa tidak membutuhkan Tuhan.
Seringkali kita yang mengatur Tuhan. Seringkali kita memaksakan kehendak kita terjadi, bukan kehendak Tuhan. Kalau kita tidak mau berubah, maka perkenanan Tuhan tidak akan turun dalam hidup kita. Tetapi kalau kita mau mengubah pola pikir kita, dan tidak lagi memperalat Tuhan untuk hanya memberkati kita tetapi memilih untuk menjadi pribadi yang memikirkan keinginan Tuhan dan menjadi pribadi yang rindu untuk terus menyukakan hati Tuhan, maka perkenanan Tuhan pasti ada untuk kita dan Tuhan pasti akan mencurahkan berkatNya.
Inilah yang dimilki Daud, dia tidak memikirkan diri sendiri tetapi memikirkan Tuhan. Salah satu buktinya adalah ketika Daud diurapi Nabi Samuel menjadi raja, dia tidak langsung naik tahta, tetapi dia harus menjalani proses panggilannya. Suatu saat ketika dia mendapat kesempatan untuk membunuh Raja Saul, bahkan sampai dua kali kesempatan, Daud memilih untuk tidak melakukannya, karena Daud tahu persis kalau dia tidak boleh mengotori tangannya dengan "menjamah" orang yang diurapi Tuhan. Kalau dia hanya memikirkan dirinya sendiri, dia pasti sudah membunuh raja Saul karena itu adalah jalan pintas untuk segera naik Tahta. Tetapi Daud tidak melakukan itu. Daud berjalan menurut waktu dan cara Tuhan. Maka, sama halnya dengan kita: kalau kita memilih untuk berjalan dengan cara Tuhan maka keajaiban pasti akan terjadi. Jangan gunakan cara kita, karena cara kita tidak akan bisa menembus kemustahilan, tetapi cara Tuhan mampu menembus bahkan sampai hal-hal diluar jangkauan dan kemampuan kita.
1 Samuel 26:10-11 10Lagi kata Daud: ”Demi Tuhan yang hidup, niscaya Tuhan akan membunuh dia: entah karena sampai ajalnya dan ia mati, entah karena ia pergi berperang dan hilang lenyap di sana. 11Kiranya Tuhan menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi Tuhan. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi.”
Daud memilih untuk berjalan menurut waktu Tuhan, bukan maunya sendiri. Dia percaya pada cara dan waktu Tuhan, dan bukan pada cara dan waktu manusia/ dirinya sendiri.
2. Daud memiliki hati seorang gembala.
Hati gembala itu berbicara tentang sebuah loyalitas, kesetiaan. Sampai dimanakah kita memilki kesetiaan pada Tuhan. Seringkali kita tidak setia atau berubah setia, tetapi Daud adalah pribadi yang setia kepaa Tuhan.
1 Tawarikh 22:5 Karena pikir Daud: ”Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi Tuhan haruslah luar biasa besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!” Lalu Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati.
Ini menjelaskan bagaimana hati Daud selalu rindu untuk terus memberikan yang terbaik bagi Tuhan, memberikan persembahan dan pengabdiannya pada Tuhan dengan segenap hati. Sama halnya dengan kita, ketika kita beribadah, mari lakukan itu dengan segenap hati. Ketika kita melayani pekerjaan Tuhan, lakukan itu dengan segenap hati, jangan dengan setengah hati. Daud memiliki inisiatif untuk membangun rumah Tuhan. Inisiatif ini muncul bukan dari Raja Salomo, tetapi dari Raja Daud. Daud meenginginkan rumah Tuhan yang terbaik. Tetapi karena Tuhan sudah berfirman bahwa bukan Daud yang membangun tetapi Salomo, dari situlah, Daud mempersiapkan segala sesuatunya.
Sama halnya dengan kita, sudahkah kita mempersiapkan segala sesuatu untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dalam pelayanan kita, dalam pekerjaan kita, dalam studi kita, sudahkan kita memberikan dan mempersiapkan yang terbaik dengan sepenuh hati? Jangan hitung-hitungan dengan Tuhan. Selama kita hitung-hitungan dengan Tuhan, Tuhan juga akan hitung-hitungan dengan kita. Ini yang Tuhan sukai, Daud memberikan semua yang dia bisa, yang terbaik, dan dengan segenap hati.
3. Daud menjadikan Tuhan pusat kehidupannya.
Sejauh apakah kita menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita? Seringkali kita tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat dalam kehidupan kita. Seringkali kita menjadikan hobi, atau hal yang lain mejadi pusat dalam kehidupan kita, sehingga Tuhan tidak lagi menjadi nomor satu dalam kehidupan kita. Daud menempatkan Tuhan di tempat pertama dalam kehidupanya.
Bukti bahwa Daud menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya dapat kita lihat kehidupan Daud intim dengan Tuhan. Orang yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya pasti memiliki pergaulan yang akrab dengan Tuhan. Orang yang menempatkan Tuhan di tempat pertama, pasti memiliki kehidupan yang melekat pada Tuhan
Mazmur 84:11 Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.
Kecintaan Daud kepada Tuhan dan menjadikanNya menjadi pusat hidupnya terlihat dari ayat tersebut, dimana Daud memilih lebih baik menghabiskan hari-harinya untuk tinggal dalam hadirat Tuhan dibandingkan untuk menghabiskan hari-harinya untuk yang lain. Pertanyaannya sekarang apakah kita memilih untuk diam dalam hadirat Tuhan atau untuk hal yang lain?
Mazmur 119:97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
Betapa Daud mencintai Tuhan dan firmanNya. Sudahkah kita memiliki saat teduh dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari? Kita perlu merenungkan firman Tuhan setiap hari karena firman Tuhan memilki kuasa, dan kuasa itulah yang dapat mengubah hidup kita, dan menarik kuasa Tuhan turun dan bekerja dalam kehidupan kita. Itulah pentingnya untuk terus memperkatakan Firman setiap hari. Kalau kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, kita pasti memprioritaskan saat teduh kita dengan Tuhan dan memenuhi kehidupan kita dengan firman yang terus kita renungkan dan kita perkatakan sepanjang hari. Saat kita memperkatakan firman dan perkataan profetik maka yang tidak ada bisa menjadi ada dan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Tetapi seringkali kita tidak mengucapkan perkatakan profetik padahal Tuhan sudah berkata bahwa Tuhan sudah memberikan kuasa itu dan kuasa itu sudah ada di dalam mulut kita.
1 Samuel 23:2 Lalu bertanyalah Daud kepada Tuhan: ”Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?” Jawab Tuhan kepada Daud: ”Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.”
Firman ini menuliskan bahwa sebelum Daud melangkah, dia bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan. Tidak hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali. Sudahkah kita bertanya kepada Tuhan setiap kali kita hendak melangkah? Sebagai seorang raja, Daud bisa saja melangkah tanpa bertanya kepada Tuhan dan pasti prajuritnya tetap mengikuti perintahnya, tetapi Daud sadar betul bahwa dia tidak dapat melangkah tanpa tuntunan Tuhan. ini adalah sifat ketergantungan Daud kepada Tuhan, dan inilah rahasia kemenangan-kemenangan Daud. Artinya kalau kita memiliki sikap hati ini, sikap hati yang bergantung kepada Tuhan maka perjalanan hidup kita pasti penuh dengan kemenangan.
Ini yang seringkali terjadi pada umat Kristen: mereka mengawali dengan baik, dengan bertanya kepada Tuhan tetapi ditengah jalan malahan tidak mentaati apa yang menjadi kehendak dan jawaban Tuhan, ini adalah hal yang harus diubah dalam kehidupan kita. Kita tidak boleh hanya mengetahui kehendakNya, kita harus mengikuti dan menaati apa yang menjadi kehendakNya. Kita harus hidup berjalan dalam rencana dan ketetapan Tuhan.
Jadilah seperti Daud, setelah dia mendapat jawaban dan konfirmasi dari Tuhan, dia bertindak dan berjalan sesuai dengan jawaban Tuhan. Jangan mencobai Tuhan, taatilah apa yang menjadi jawaban dan keinginan Tuhan. Jangan juga melangkahi Tuhan dalam menjalani hidup. Jangan Berjalan mendahului Tuhan. Daud suka berlama daalam hadirat Tuhan, Daud suka untuk menghabiskan waktunya bersama Tuhan daripada untuk yang lain.
Saya salut dengan beberapa anak Tuhan yang menghormati sabat dan mamilih untuk tidak buka toko di hari minggu, meskipun beberapa anak Tuhan masih saja memilih untuk bekerja dan “mengejar setoran.” Orang-orang yang diberkati tidak perlu untuk mengejar setoran, karena berkatlah yang mengejar anak-anak Tuhan.
4. Daud adalah pribadi yang rendah hati.
Daud memilki kerendahan hati. Hal ini terbukti ketika dia terjatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, istri Uria panglima Daud sendiri, datanglah nabi Nathan menegur Daud, dan Daud merendahkan hati dengan mengakui dosanya. Tetapi bukankah seringkali kita marah ketika kita ditegur, kita mengeraskan hati dan tidak mau mengakui dosa kita. Teguran itu mungkin tidak langsung dari Tuhan tetapi lewat gembalamu dan orang-orang di sekitarmu.
Seharusnya ketika kita ditegur, kita belajar untuk menerima itu karena justru orang yang menegur anda adalah orang yang mengasihi anda. Orang yang mudah marah ketika ditegur tidak akan pernah bertumbuh, iman kekristenannya dan kedewasaannya tidak akan pernah berakar kuat, apalagi bisa berbuah lebat. Miliki kerendahan hati seperti Daud.
Mengapa Raja Saul ditolak oleh Tuhan? Sebab ketika dia ditegur oleh Nabi Samuel karena kesalahanannya, dia tidak mau mengakui dan tetap mengeraskan hati bahkan menyalahkan dan menuding orang lain, inilah yang membuat Raja Saul ditolak oleh Tuhan dan Daud ditinggikan oleh Tuhan. Teguran itu baik, didikan itu baik. Teguran dan didikan sangat baik untuk mengubah pribadi kita menjadi lebih baik, pribadi yang sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.
Orang-orang yang mengeraskan hati terhadap teguran tidak akan pernah dapat mengalami terobosan dalam hidupnya. Jangan baper, jangan sensi, karean selama kita masih ditegur artinya kita masih dikasihi. Kalau kita tidak ditegur dan tidak dididik artinya kita dianggap sebagai anak gampang. Bukan firman Tuhan berkata:
Wahyu 3 :19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Artinya kalau kita dikasihi kita pasti akan dihajar, dididik, dan ditegur. Miliki kerendahan hati untuk menerima didikan dan hajaran Tuhan, karena itu adalah tanda kasih Tuhan terhadap kehidupan kita.
5. Daud memiliki rasa tanggung jawab.
1 Samuel 17:34-35 34Tetapi Daud berkata kepada Saul: ”Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, 35maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
Ketika Daud diberi tanggung jawab atas kambing domba, dia mengerjakan itu dengan penuh tanggung jawab. Ketika kita setia dengan perkara yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan dengan perkara yang lebih besar. Jangan minta berkat yang besar kalau dalam berkat kecil saja kita masih pelit.
Sebelum menjadi raja, Daud adalah mungkin "hanyalah" seorang gembala, tetapi rasa tanggung jawabnya itu membawa dia hingga menjadi raja atas Yehuda dan Israel. Sama halnya dengan kita, Tuhan pasti akan mengangkat kita tinggi ketika kita dapat dipercaya dalam perkara yang kecil. Kalau kita diberi tanggung jawab, kerjakan itu bukan seperti untuk manusia tetapi kerjakan itu seperti untuk Tuhan. ketika kita mengerjakan suatu hal hanya untuk dilihat manusia, kita tidak akan mendapatkan apa-apa, bahkan kita bisa kecewa. Tetapi kalau kita melakukannya untuk Tuhan sekalipun tidak mendapat pujian dari manusia, maka Tuhan yang akan memberikan upahnya bagi kita. Ini yang membuat Tuhan berkenan kepada Raja Daud, seorang penggembala yang tidak lalai mengerjakan tanggung jawabnya sekecil apapun itu.
Inilah 5 hal yang harus kita teladani dari Daud sehingga Tuhan memperkenan kehidupannya. Hidup memikirkan keinginan dan kehendak Tuhan, miliki kesetiaan terhadap setiap pekerjaan Tuhan, Daud menjadikan Tuhan sebagai pusat dalam kehidupan kita, Daud miliki kerendahan hati, dan terakhir, Daud setia dalam perkara yang kecil. Praktikkan firman ini maka perkenanan Tuhan pasti akan Dia berikan pada kita dan kemenangan pasti akan terjadi dalam kehidupan kita.
Link Ibadah Victory Community Church