Bacaan: Roma 7:15-25
“Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Roma 7:14-15
Kita sering mendengar ungkapan ini “Who Am I?” “Siapakah Aku ini?” Pertanyaan sederhana tetapi tidak mudah untuk dijawab dengan tepat; mengapa? Karena memang kita tidak mampu mengenali diri kita sendiri, terlebih lagi orang lain. “Lhaaa wong dirinya sendiri saja gak tahu… apa lagi orang lain…lebih gak tahu…” Bagaiman pendapat Paulus? dengan jelas Paulus mengatakan: “Aku tahu, tetapi Aku tidak tahu.” Sama saja yaaa, kita bingung…. apa maksudnya?
Roma 7:13-25 merupakan sebuah pergumulan atau peperangan yang berat dari orangorang yang sudah diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima DIA menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadinya, maka dia adalah orang-orang yang sudah dilahirbarukan. Maka orang yang sudah lahir baru atau orang yang sudah diselamatkan, mempunyai hidup yang berbeda dengan sebelumnya.
Kalau begitu apa bedanya orang yang belum lahir baru dan orang yang sudah lahir baru? Bagaimana mereka melihat dosa? Jelas beda! Orang yang belum lahir baru, yang belum bertobat, melihat dosa hanya masalah moral etika saja, untuk menjadi orang baik, hanya kepatuhan dan kesopanan, karena kalau tidak maka dikatakan orang yang “kurang ajar” atau hanya untuk harga diri dan nama baik saja; jangan berbuat dosa supaya supaya jaga nama, atau juga untuk untung rugi, orang yang berbuat jahat suatu saat akan jatuh. Ada juga yag karena pamrih, nanti kalau berbuat baik, pasti suatu saat kalau kamu menghadapi kesulitan ada orang yang menolong; atau ada yang mengatakan jangan berbuat jahat atau dosa, nanti ada karmanya sendiri. Itulah orang-orang yang belum lahir baru atau belum bertobat dan mengenal Tuhan Yesus dalam menjalani kehidupannya yang berdosa. Intinya semua berpusat pada “Aku” “Ego” jangan sampai tercemar, dirugikan, atau ada karma.
Berbeda dengan orang yang sudah diselamatkan! Bagaimana kita anak-anak Tuhan berhadapan dengan dosa? Tidak lain, kita bersikap sangat serius! Karena dosa itu serius, tidak dapat bermain-main dengan dosa! Dosa itu merusak relasi antara aku dengan
Allah Bapa yang mengasihi aku dan yang menyelamatkan aku; relasi aku dengan Tuhan Yesus yang sudah mati di atas kayu salib untuk menebus segala dosadosaku; aku dengan Roh Kudus yang terus membimbing, mendampingi, menolong aku untuk berjalan dalam kebenaran Tuhan. Jadi pusat hidup kita yang sudah diselamatkan bukan aku lagi; melainkan ALLAH yang menjadi pusat hidupku.
Siapa aku? Martin Luther, Bapak Gereja menyatakan: “Simul Justus Et Peccator.” (Latin). “Aku orang berdosa tetapi juga dibenarkan dalam waktu yang sama.” (Roma. 7:13-25). Aku adalah gambar dan rupa ALlah yang sangat dikasihi Allah, tetapi aku juga orang yang telah jatuh ke dalam dosa, sehingga aku terpisah dengan Allah. (Yes.59:1,2). Maka Paulus menyatakan siapa aku dalam Roma 7:24, “Aku manusia celaka!” Aku manusia yang mati dalam kebinasaan karena upah dosa ialah maut. (Roma 6:23).
Maka kasih Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya; dan ketika kita diselamatkan Tuhan Yesus, kita ada dalam keadaan masih berdosa. Bukan orang baik dan benar, bukan! Roma 5:8. Sehingga aku yang berdosa ini aku juga sudah diselamatkan oleh Tuhan Yesus.
Maka Paulus mengatakan: “Aku tahu hukum Taurat, aku tahu Firman Allah, aku tahu kebenaran Allah.” tetapi dosa yang ada dalam diriku, dalam dagingku membuat aku melakukan yang tidak aku kehendaki, yaitu “Kejahatan.” Aku tahu yang baik dan benar, tetapi justru yang aku lakukan adalah hal-hal yang jahat, yang aku benci.
Pergumulan itulah yang diungkapkan oleh Bapak Gereja Agustinus dari Hippo. Bagi Agustinus, orang yang sudah dielamatkan oleh Tuhan Yesus diberikan anugerah, yaitu “Cooperating Grace.” dari Allah; anugerah di mana Allah memberikan Roh Kudus dalam hidup kita untuk menjadi Roh Penolong. Roh yang menuntun dalam kebenaran Allah. Yoh. 14:16. Roh Kudus sangat kita butuhkan, karena kalau tidak, sama seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 7:15, “Sebeb apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” Calvin Bapak Gereja mengatakan “Apa yang dilakukan orang berdosa adalah dosa.” Apa itu? Paulus menguraikan dalam Galatia 5:19-21. “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Bukankah ini nyata seperti yang dikatakan Paulus. Kita semua tidak suka, tetapi itu yang terus kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari. Maka Paulus dengan tegas menyatakan “Matikan hidup kedagingan kita.” Dan berjalanlah bersama dengan Roh Kudus untuk menghasilkan buah Roh dalam hidup kita. Apa buah Roh itu? Paulus menyatakan dalam Galatia 5:22,23. “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasan diri.”
Roh Penolong yaitu Roh Kudus akan menolong kita untuk mematikan kedagingan kita dan menuntun kita dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan demikian aku yang berdosa ini dapat memiliki kemenangan dalam Tuhan Yesus untuk hidup dalam kebenaran Allah; bukan hidup dalam keberdosaan kita. Maka Paulus menyatakan dalam Roma 7:25 “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus Tuhan kita.” Karena di dalam Tuhan Yesus yang sudah menyelamatkan aku, sehingga aku ada dalam kebenaran Allah.
Saya mengakhiri kotbah ini dengan perkataan JI Packer: “Paulus bergumul dengan dosa bukan karena ia orang berdosa, melainkan karena ia sudah dikuduskan Allah. Alasan Paulus bergumul sedemikian berat karena ia tidak mau terperangkap dalam jaring dosa, karena Paulus menjalani hidup yang kudus, kepekaan terhadap Roh Allah membuat dirinya bergairah memuliakan Allah. Dalam pergumulannya, Paulus tidak berakhir dalam keputusasaan. Ia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya telah menjadi milik Yesus Kristus.” Amin.
Pdt. Em. Nathanael Channing
GKI Sulung