Reborn
  
Aturan Berpuasa Di Dalam Gereja Orthodox
6 min baca

Oleh Imam-rahib Serafim (Rose)

Untuk menjawab berbagai permintaan para pembaca, aturan berpuasa diberikan setiap hari dalam setahun. Jika tidak ada petunjuk puasa yang diberikan, dan pada waktu “minggu-minggu dimana bebas puasa”, semua makanan boleh dimakan (kecuali selama pekan ‘cheese-fare’ yang ditemui dalam masa Triodion, ketika berpantang daging saja setiap harinya). Di mana ada petunjuk “hari puasa”, maka puasa yang dimaksud ini adalah puasa yang ketat, pantang daging, telur, produk susu, ikan, anggur atau minyak untuk dimakan. Dan bilamana, ada penanda “hari puasa,” dengan petunjuk “anggur dan minyak diperbolehkan,” maka puasanya ini lebih ringan karena ada hari raya atau untuk vigil, dan diijinkan makanan tersebut ditambahkan. Jika disebutkan “ikan, anggur, dan minyak”, maka ketiga (tambahan) makanan ini boleh dimakan.

Aturan berpuasa, yang bergantung pada siklus perayaan dan puasa Gereja, terkandung dalam Typicon Gereja, terutama di bab 32 dan 33, dan diulangi dimana yang sesuai dengan buku-buku Ibadah Ilahi, Menaia dan Triodion. 

Secara umum, hari-hari berpuasa bagi umat Kristen Ortodoks adalah “setiap hari Rabu dan Jumat” di sepanjang tahun (kecuali ketika ada masa atau sepekan yang ditandai sebagai bebas puasa), empat musim puasa yang kanonik antara lain Puasa Agung Prapaskah, Puasa Kelahiran Kristus (Natal), Puasa Rasuli, dan Puasa Dormition, dan beberapa hari khusus yaitu : Peringatan Peninggian Salib (14 September) dan Pemenggalan Kepala St. Yohanes Sang Perintis-Jalan (29 Agustus) —yang, meskipun merupakan hari-hari raya, juga merupakan hari-hari puasa (dengan petunjuk anggur dan minyak diperbolehkan ditambah) khususnya pada peristiwa-peristiwa yang diperingati tersebut.

Ada beberapa variasi diterapkan secara lokal dalam diijinkannya anggur dan minyak, dan terkadang ikan, sehingga petunjuk dalam Kalender-liturgis yang digunakan umat saat ini tidak dapat diterapkan secara persis sama di mana-mana.

Secara khusus, pada perayaan peringatan nama pelindung paroki atau biara, ikan pada umumnya diperbolehkan, dan ketika santo/santa diperingati dengan kidung Doxologia atau Polyeleos, anggur dan minyak diperbolehkan. Di Gereja Rusia, pada hari-hari raya orang-orang kudus Rusia yang lebih terkenal, seperti St. Sergius dari Radonezh dan St. Seraphim dari Sarov, dan Ikon Bunda Allah yang melaluinya terjadi mujizat seperti Ikon Theotokos (Kazan dan Vladimir), tentu saja, anggur dan minyak diperbolehkan (kecuali selama masa Puasa Agung Prapaskah), meskipun hal ini tidak disebutkan dalam Kalender-liturgis saat ini karena Typiconnya menyerahkan aturan puasanya kepada praktik lokal, hanya menunjukkan puasa dan petunjuk yang berlaku secara umum. Arti Typicon dalam pengijinannya secara sederhana demikian: semakin banyak (atau panjang) peribadahan untuk memperingati orang kudus atau hari raya, semakin banyak kelonggaran dalam makanan. Bagi yang sudah terbiasa dengan puasa Ortodoks, petunjuk diijinkannya minyak ditambahkan pada makanan, atau gorengan, ditambah sedikit anggur, memang akan menjadi kelegaan, sekaligus dapat menambah kekuatan fisik. Di mana Typicon itu sendiri menunjukkan dua varian praktik (seperti untuk beberapa hari kerja dalam Puasa Agung Prapaskah), Kalender-liturgis saat ini mengikuti praktik yang sesuai dengan Typicon.

Sebagian besar orang Kristen Ortodoks mungkin telah mengetahui aturan umum berpuasa pada masa Puasa Agung Prapaskah dan Puasa Dormition (dimana anggur dan minyak hanya diperbolehkan pada hari Sabtu dan Minggu, kecuali untuk beberapa hari raya dan vigil), banyak yang mungkin saja kurang mengetahui tentang aturan yang tepat sehingga mengatur puasanya pada masa Puasa Natal dan Puasa Rasuli yang lebih ringan. Oleh karena itu, kami akan mengutip aturan ini, dari Bab 33 dari Typicon:

“Perlu dicatat bahwa dalam Puasa Rasuli dan Kelahiran Kristus, pada hari Selasa dan Kamis kita tidak makan ikan, tetapi hanya (ditambahkan) minyak dan anggur. Pada hari Senin, Rabu, dan Jumat kita tidak makan (yang mengandung) minyak atau anggur. .. Pada hari sabtu dan minggu kita makan ikan, jika pada hari selasa atau kamis terdapat peringatan orang kudus dengan kidung doksologia, kita makan ikan; jika pada hari senin, juga demikian; tetapi jika pada hari rabu atau jumat kita hanya memperbolehkan (tambahan) minyak dan anggur, jika hari itu adalah peringatan orang kudus yang dengan mengadakan Vigil pada hari Rabu atau Jumat, atau jika hari dimana orang kudus yang menjadi nama parokinya diperingati, kami mengizinkan minyak dan anggur dan ikan … Tetapi dari tanggal 20 Desember sampai tanggal 25, bahkan jika itu hari Sabtu atau Minggu, kami tidak mengijinkan makan ikan. ”

Dalam dua puasa ini, puasa untuk umat awam sama halnya dengan puasa yang berlaku di dalam banyak biara Ortodoks, di mana hari Senin disepanjang tahun diperingati sebagai hari puasa untuk menghormati mahluk tak berjasad-jasmani, yaitu para Malaikat.

Aturan puasa yang ada ini, tentunya, tidak dimaksudkan sebagai “hukum-wajib” bagi umat Ortodoks, atau malah menjadikan sumber kesombongan seperti kaum Farisi bagi siapa saja yang mampu menaati hukum Gereja. Ini lebih merupakan suatu aturan, suatu standar, yang dengannya masing-masing harus mengukur praktiknya sendiri (menurut kemampuan dan keadaan) dan ke arah mana seseorang tersebut harus selalu berusaha, sesuai dengan kekuatan dan keadaannya. Kapanpun, jika karena ada penyakit atau alasan lain, seseorang dapat melonggarkan aturan, ia dapat menerapkan pada dirinya sendiri pengobatan rohani mana untuk penyangkalan-dirinya sendiri kemudian berusaha untuk masuk lebih penuh lagi ke dalam semangat dan disiplin puasa, yang memang akan memberikan manfaat rohani yang besar bagi mereka yang menjalankan, yang dengan tulus berusaha untuk mengikutinya.

Dari Kalender St. Herman, diterbitkan setiap tahun oleh Biara St. Herman dari Alaska .

Imam-rahib Serafim (Rose)

26 Februari 2012.

(bess280321

Ref.: https://pravoslavie.ru/77551.html

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini