Bacaan: 1 Timotius 2:1-7
20 Juli 2017 silam, Chester Bennington, seorang vokalis dari band rock Linkin' Park ditemukan meninggal di rumahnya. Setelah diselidiki, tidak ditemukan jika dirinya dalam pengaruh obat-obatan terlarang, alkohol atau benda semacamnya. Sehingga oleh pihak berwajib Chester Bennington ini diyakini melakukan tindakan bunuh diri. Apa yang membuat Chester ingin bunuh diri?
Berbagai sumber memberikan analisa-analisa yang mengerucut terhadap perjalanan berat hidupnya sejak kecil hingga dewasa yang diyakini menjadi alasan kuat bagi Chester melakukan tindakan bunuh diri. Sejak kecil Chester Bennington adalah seorang anak yang sering menerima perilaku bully karena secara fisik Chester adalah seorang yang kurus dan berbeda dari teman-teman disekitarnya. Selain itu Chester juga sering menerima kekerasan seksual dari kakak kelasnya. Barulah ketika dia berusia 13 tahun, dia memberanikan diri untuk melaporkan hal ini kepada ayahnya. Meski demikian Chester memilih untuk tidak menghukum orang-orang yang sudah mem-bully-nya karena sebuah kenyataan bahwa orang-orang yang telah mem-bully-nya juga menerima kekerasan seksual pula. Tak berhenti di situ, suatu ketika kedua orang tua Chester memutuskan untuk bercerai. Hal ini membuat Chester menjadi depresi berat hingga dia memutuskan untuk menggunakan obat-obatan terlarang untuk menekan tekanan berat yang dia alami.
Tekanan-tekanan berat ini ia tuangkan dalam lagu-lagu ciptaannya. Melalui lagu-lagu itu, bersama dengan Linkin’ Park, ia meraih kesuksesan. Namun nyatanya, kesuksesan yang diraih itu tak memulihkan dirinya dari pelbagai tekanan. Sangat mungkin kesuksesan menimbulkan tekanan yang baru lagi. Sebagaimana kita tahu, seberapapun sukses dan bagusnya sebuah grup musik, tentu tak lepas pula dari tuntutan penggemarnya. Melalui masa-masa berat ini, ia sempat ditemani istri dan sahabat. Namun sang sahabat meninggal dunia, banyak yang meyakini bahwa hal ini menjadi pukulan keras bagi Chester. Membuat ia semakin merasa terkepung oleh tuntutan dari masa kini maupun masa lalu hidupnya hingga memilih untuk melakukan bunuh diri.
Membaca kisah hidup Chester Bennington mungkin lebih membuat kita terhenyak dan bingung. Bingung, mengapa kisah hidup Chester dipelajari? Apa yang kita dapat pelajari darinya? Surat 1 Timotius 2:1-7 memang tidak berbicara mengenai kehidupan seorang yang melakukan bunuh diri, namun bacaan hari ini memberi kita prinsip dasar hidup sebagai anak Allah. Dimulai dengan ayat 1 dan 2 yang memuat nasihat Paulus kepada Timotius untuk menaikkan doa syafaat, ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan pembesar-pembesar pada saat itu. Sejatinya nasihat ini sangat mungkin mendatangkan protes dari Timotius maupun jemaat, karena para pembesar masa itu kejam, menghambat, korup, dan tak seiman. Namun nasihat ini memiliki prinsip, sebagaimana tertuang dalam ayat 3-6. Pertama-tama karena berdoa bagi semua orang itulah yang baik dan berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orangv diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Jadi, kenapa kita belajar dari Chester Bennington dan ayat kita mengajar kita untuk mendoakan orang lain? Pertama, agar kita kembali ingat bahwa Allah ingin semua diselamatkan. Kedua, oleh karena misi Allah itu Ia memanggil kita untuk turut melayani sebagai sahabat bagi mereka yang bergumul berat seperti Chester Bennington. Ketiga, kalau kita ada di keadaan berat kita tahu bagaimana Allah senantiasa hadir bahkan saat seakan Ia tak bersama kita.
yohanes p.pratama