Kita telah belajar abhwa iblis mendakwa kita siang dan malam. Mengapa? Tujuan iblis mendakwa kita adalah untuk menghambat atau bahkan membatalkan rencana Tuhan dalam hidup kita, dan iblis mendakwa kita dengan dua cara:
1. Keluarga
Dakwaan iblis dalam kelurga dapat dengan mudah kita lihat dari hal - hal buruk yang terjadi secara turun - temurun dalam suatu keluarga, contoh: perceraian dalam keluarga, sakit yang sama yang diidap oleh suatu keluarga, kematian premature/ mati muda dalam garis keluarga yang terjadi berulang – ulang.
Hal ini dapat diselesaikan dengan membersihkan Garis Darah Keturunan (Cleansing The Bloodline). Mengapa “darah?” Karena perjanjian yang iblis buat dengan pendahulu kita disebut dengan perjanjian darah (Blood Covenant)
2. Pribadi
Dakwaan iblis pada suatu pribadi terjadi ketika hanya satu pribadi saja dalam keluarga yang mengalami hal tersebut, contoh: hanya satu orang yang mengalami depresi sedangkan keluarga yang lain tidak ada masalah, atau ketika seluruh keluarga hidup dalam kelimpahan tetapi ada satu pribadi saja yang selalu gagal dalam berbisnis.
Hal pertama yang kita perlu pelajari dalam suatu pengadilan adalah bahwa terdakwa memiliki hak untuk pembelaan. Pembelaan ini merupakan hak yang disampaikan seorang terdakwa dengan bantuan penasihat hukumnya untuk membatalkan dakwaan yang masuk ke dalam pengadilan, hal ini dikenal juga dengan eksepsi. Pertanyaannya bagaimana kita dapat mengajukan eksepsi kita dalam pengadilan surga?
Wahyu.12: 10-11 (TB) 10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ”Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. 11Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
Iblis dikalahkan dengan 1.DARAH ANAK DOMBA, 2.PERKATAAN KESAKSIAN, 3.TIDAK MENGASIHI NYAWA MEREKA
Kita perlu memahami bahwa Pengadilan Surga/ Court of Heaven ini bukanlah suatu metode berdoa, artinya seseorang yang berdoa untuk hal yang sama bisa mendapatkan hasil yang berbeda. Salah satu factor yang menentukan adalah: apakah kita melakukannya dalam realita spiritual? Ini dapat kita ketahui dengan adanya perubahan atmosfer, keberadaan hadirat Tuhan, disitulah kita sudah memasuki realita Allah, realita supranatural, realita spiritual.
Maka doa yang sama yang dinaikkan di luar realita spiritual ini tidak akan berdampak terhadap orang tersebut, baik yang mendoakan, ataupun yang didoakan, atau pribadi yang berdoa bagi dirinya sendiri.
Ibrani.12:22 (TB) 22Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, 23dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, 24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Ayat ini mengajarkan kita bahwa “DARAH” dapat berbicara, dan dia dapat bersaksi dalam pengadilan surga, dan kita belajar juga bahwa ada komponen “saksi” dalan suatu pengadilan. Suara kesaksian dapat memberatkan atau meringkan terdakwa, sama hal-nya dengan darah, dia dapat meringankan atau memberatkan seseorang dalam pengadilan surga. Darah Yesus, yang menebus kita, memberikan kesaksian yang meringankan setiap orang yang percaya dan meminta pertolongan daripadaNya. Bagian kita adalah bertobat, dan meminta darah Kristus bersaksi bagi kita – maka Tuhan Allah yang adil tidak lagi melihat kita, melainkan mempertimbangkan kesaksian darah Kristus bagi kita.
Ini berbicara tentang Kasih Karunia Allah bagi setiap orang yang mau menerima penebusanNya yang telah disediakan bagi setiap orang. Dengan IMAN kita menerima dan meminta Tuhan untuk bersaksi bagi kita. Praktik dalam realita dunia untuk dapat hidup dalam hukum kasih karunia, kita harus menghidupi kasih karunia, kita harus melakukan hukum kasih karunia. Inilah sebabnya dalam doa Bapa kami, Yesus mengajarkan kita untuk “meminta ampun seperti kita sudah mengampuni orang lain” Pengampunan adalah bentuk hidup dalam kasih karunia.
Konsep Pendamaian
PL: Imamat 16:15-16 15 Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. 16Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.
PB: Ibrani 6:20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.
Dalam Perjanjian Lama (PL) – Imam, dalam hal ini Imam Harun melakukan pendamaian dengan darah domba jantan, dalam Perjanjian Baru (PB) hal ini tetap dilakukan dengan Yesus sebagai Imam Besar kita dengan Darah Anak Domba Allah yang kudus. Pendamaian melalui darah anak domba ini sebenarnya sudah disediakan, dan syaratnya hanya satu:
1 Yohanes 1: 8-9 (TB) 8Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. 9Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Keadilan Allah di buktikan dengan Dia mengorbankan anakNya yang tuggal, artinya dosa kita dibayar lunas oleh penebusan dan pengorbanan Kristus. Upah dosa adalah maut, hukum ini tetap digenapi, hanya saja bukan kita yang menerima maut itu, tetapi Kristus, dalam kesetiaanNya. Hal yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa kita dan meminta Tuhan untuk menjadi satu - satunya penyelamat kehidupan kita.
Yehezkial 37:2-7 (TB) 2Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. 3Lalu Ia berfirman kepadaku: ”Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” Aku menjawab: ”Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!” 4Lalu firman-Nya kepadaku: ”Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman Tuhan! 5Beginilah firman Tuhan Allah kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. 6Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” 7Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain.
Firman Tuhan dalam Yehezkiel ini mengajarkan kepada kita bahwa di dalam kekeringan, bisakah kita tetap memperkatakan kehidupan? Atau malahan kita mengeluh? Apakah kita memilih untuk percaya pada keadaan? Jangan tertipu dengan mata jasmani! Percayalah bahwa Tuhan mampu mengubahkan keadaan. Yang Tuhan inginkan adalah “PERKATAKAN BERKAT,” “PERKATAKAN KEHIDUPAN.”
Perkatakan kehidupan atas hal – hal yang kering. Dalam kehidupan seringkali kita diperhadapkan dengan keadaan yang bertolak belakang dengan apa yang Tuhan perintahkan. Hasilnya bukan ditentukan semata – mata oleh keadaan itu, tetapi ditentukan oleh fokus kita. Fokuslah pada apa yang Tuhan perkatakan, bukan pada keadaan kita.
Mazmur 119:11 (TB) Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.
Daud bukanlah seorang yang hidupnya mulus tanpa rintangan dan halangan, tetapi di tengah – tengah keadaan yang dihadapinya dia tetap berpegang teguh pada perkataan Tuhan. Berpeganglah teguh pada janji Tuhan. Memang tidak ada manusia yang kebal dosa, tetapi kita bisa menghindari dosa, dan menjauhi dosa. Daud mengajarkan kepada kita bahwa salah satu cara untuk menghindari dosa adalah dengan meletakkan janji Tuhan di dalam hati kita dan merenungkan janji Tuhan itu siang dan malam.
Perkataan sangatlah penting, karena dalam pengadilan surga, perkataan kita atau orang yang memiliki otoritas atas kita dapat menjadi kesaksian yang memberatkan atau meringkan. Ketika kita memperkatakan janji Tuhan, hal ini akan menjadi kesaksian yang meringankan kita. Sebaliknya perkataan kutuk dapat dipakai iblis untuk mendakwa atau memberatkan kita dalam pengadilan surga.
Galatia 2:20 (TB) namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Dalam hidup seringkali kita berani mati bagi Tuhan, mati martir. Pertanyaannya, siapkah anda HIDUP UNTUK TUHAN? ketika kita berkata bahwa kita tidak lagi menyayangkan nyawa kita, ini memiliki makna ganda: 1. Kita berani mati untuk Tuhan, dan 2. Kita berani hidup untuk Tuhan.