Oleh:
Presbyter Rm. Kirill J.S.L. (Omeц Кирилл Дж.С.Л.)
Paroki St. Iona dari Manchuria, Surabaya
GEREJA ORTHODOX RUSIA DI INDONESIA (GORI)
“Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. …Tetapi justru karena itu aku dikasihani” (1 Timotius 1:15-17)
Alangkah luar biasa makna ayat di atas. Kristus Yesus, Allah dan manusia, Pencipta dari segala sesuatu telah datang ke dunia ini untuk menyelamatkan saya dan saudara, karena kita dikasihani.
Allah, yang berada di atas segala sesuatu memiliki belas kasihan pada kita dan seterusnya demi kita, Dia mengambil daging, lahir dari Sang Perawan, hidup, menderita dan mati sehingga kita tidak binasa. Tidak ada jumlah harga diri atau nilai diri bisa menyamai nilai dan kelayakan yang Allah telah berikan pada kita
Namun ketika kita mengetahui bahwa Ia telah mengasihani kita, kenapa kita masih perlu berdoa "Tuhan Kasihanilah"?
Untuk membicarakan tentang hal ini, kita perlu melihat teladan atau contoh dari apa yang dilakukan oleh orang Buta yang ada di dekat Yerikho. Mari kita lihat Lukas 18:35-43
18:35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.
18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?"
18:37 Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat."
18:38 Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
18:40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:
18:41 "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!"
18:42 Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!"
18:43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.
Saat kita membaca ayat-ayat di atas, mungkin kita sering kali menyoroti iman dan mujizat yang didapatkan oleh orang buta tersebut. Namun saat ini kita coba menaruh perhatian juga terhadap doa/seruan yang diucapkan oleh orang buta tersebut:
18:38 Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Dan bahkan ketika orang lain menegornya agar dia diam, ia semakin keras berteriak, “kasihanilah aku.”
18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"
Dari kegigihan dan seruan orang buta tersebut, akhirnya Yesus memutuskan untuk berhenti dari perjalannya dan menyuruh orang buta itu agar dibawa kepada-Nya.
18:40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya...
Dari apa yang dilakukan oleh orang buta ini, kita dapat pelajari makna dari berdoa "Tuhan Kasihanilah" dan kita bisa belajar bagaimana berdoa.
Begitu banyak hal bisa orang buta ini mohonkan kepada Yesus, tetapi hanya satu hal yang ia minta – belas kasihan. Itulah semua yang ia butuhkan, dan memang itu semua yang kita butuhkan. Tidak ada hal lain yang kita butuhkan dari Allah kecuali belas kasihNya.
"Tuhan Kasihanilah" perlu menjadi doa kita yang paling umum, karena doa permohonan itu adalah yang paling dasar, paling mendesak, doa yang paling penting yang perlu kita miliki.
Tapi kenapa harus "Tuhan Kasihanilah"? Bukankah kita bisa memanjatkan permohonan secara langsung tanpa bertele-tele?
“Tuhan kasihanilah”
Kedua kata ini mencakup banyak hal, namun sangat sederhana.
Ketika kita mengatakan "Tuhan Kasihanilah", secara implisit kita merendahkan diri kita dan mengaku kebutuhan kita. Kita juga mengakui bahwa kita tidak mandiri, dan mengakui bahwa tanpa Yesus Kristus kita kehilangan sesuatu yang penting yang hanya Dia dapat berikan.
Selain itu, secara implisit kita juga mengakui kelemahan, mengakui kekurangan, dan mengaku ketidakberdayaan kita. Kita juga mengaku keberdosaan kita, mengaku ketidaklayakan, dan menaruh harapan kita satu-satunya kepada Allah . Ini adalah hal yang bisa menarik Allah untuk memberikan perhatian-Nya kepada kita.
Juga dalam seruan “Tuhan kasihanilah”, kita mengakui kepercayaan kita bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya yang dapat membantu kita, yang dapat memenuhi kekurangan-kekurangan kita dan yang bisa membuat kita utuh.
Akan tidak berguna bagi kita untuk meminta bantuan dari seseorang yang tidak mampu membantu kita. Tidak peduli berapa banyak kita meminta dan tidak peduli berapa banyak orang lain lagi mungkin ingin membantu, jika mereka tidak mampu, itu akan sia-sia.
Namun dalam seruan "Tuhan Kasihanilah" untuk Yesus Kristus atas rahmat dan belas kasih, kita mengaku bahwa Dia adalah satu-satunya yang dapat membantu kita, satu-satunya harapan dan kepercayaan kita.
Sering juga karena keserakahan manusia akibat dosa, doa yang tujuannnya untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan menjalin komunikasi denganNya, justru disalahgunakan untuk memuaskan hawa nafsunya, sehingga makin jatuh ke dalam dosa.
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak. 4:3)
Di sinilah peran doa “Tuhan kasihanilah” menjadi diperlukan, agar kita tidak salah berdoa. Ketika kita menggunakan doa ini kita tidak hanya mengatakan bahwa kita membutuhkan, tetapi kita juga mengatakan bahwa kita tidak tahu apa yang benar-benar kita perlukan.
Dalam berseru kepada Yesus Kristus untuk mendapat “belas kasihan”, kita percaya bahwa Dia tahu kebutuhan kita, bahkan lebih baik dan lebih tahu daripada diri kita sendiri.
Ketika kita berdoa, kita tidak memberitahu Allah apa yang harus dilakukan-Nya, seolah-olah Dia adalah seorang hamba atau seorang pekerja, tapi kita hanya menempatkan diri kita ke dalam pemeliharaan-Nya, percaya bahwa Dia akan tahu apa yang kita butuhkan.
Tapi kemudian kita juga dapat meminta kepada Allah untuk hal-hal tertentu ketika kita berdoa – kita meminta untuk perdamaian, pengampunan, kesehatan, dan sejumlah kebutuhan pribadi.
Jika begitu, mana yang seharusnya kita lakukan? Cukup berdoa "Tuhan Kasihanilah" saja atau menceritakan semua permohonan kita secara spesifik?
Di sini kita perlu melihat lanjutan dari kisah orang buta sebelumnya. Setelah mendengar teriakan orang buta akan belas kasihan, Yesus mendekati orang buta dan bertanya,
18:41 "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Dia bertanya pada kita ini bukan karena Dia tidak tahu kebutuhan kita, melainkan penting untuk-Nya bagi kita untuk memberi nama dan menyebutkan keinginan-keinginan kita.
Bapa sudah mengetahui apa yang kita perlukan, sebelum kita minta kepada-Nya:
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. (Matius 6:8)
Namun penting bagi kita untuk melakukan penamaan keinginan-keinginan kita, mengungkapkan keinginan-keinginan tersebut dan memberikan substansinya.
Ketika keinginan-keinginan kita tak disebutkan namanya, keinginan-keinginan itu tetap bersifat ilusi dan tak terdefinisikan sehingga memengaruhi cara kita berdoa dan membawa kita ke doa yang bertele-tele tanpa tujuan. Maka dari itu, penting bagi kita untuk menyatakan keinginan terdalam dari hati kita dengan sejujur-jujurnya (yang Yesus Kristus sudah tentu ketahui) dan menempatkan keinginan itu ke dalam tangan Kristus, supaya kita bisa melihat hati dan diri kita sendiri secara jelas.
Dengan meminta dalam doa kepada Yesus dengan jelas maka kita sedang mengetuk pintu hati Tuhan kita dan Dia akan membuka pintu hati-Nya, mengabulkan doa-doa kita yang sesuai dengan kehendak-Nya dan tidak semata-mata untuk memuaskan ego kita saja.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?” (Mat 7:7-10)
Dengan meminta dalam doa kepada Yesus dengan jelas, menunjukkan kedekatan kita dengan Kristus, Tuhan kita sebab kita adalah keluarga Allah (Ef. 2:19; 1 Tim.3:15):
“Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus” (Ef. 2:13)
“… Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada…” (Kisah Rasul 17:27-28)
Perhatikan lalu bagaimana ini akan mempengaruhi doa kita. Setelah kita mendapatkan perhatian dari-Nya melalui doa "Tuhan kasihanilah", kita berdiri di hadapan Tuhan dan Dia akan bertanya, “Apa yang engkau inginkan?”.
Pada titik ini kita mencurahkan di hadapan-Nya semua kebutuhan kita, semua keinginan kita, semua harapan kita. Dengan penamaan masing-masing keinginan seolah-olah kita mengambilnya dari jiwa kita dan mengaturnya di kakinya, mempersembahkan kepadanya. Dan Dia mengambil kebutuhan dan keinginan kita dan berharap kepada-Nya dan memberi kita imbalan satu hal yang kita butuhkan – belas kasih. Setelah mengambil semua beban kita ke atas diriNya, Dia kemudian memenuhi keinginan kita dengan cara yang Dia tahu yang terbaik akan menolong kita. Dan kita, setelah mengekspresikan kepercayaan kita kepada semua pengetahuan, semua belas kasih bijaksana-Nya, sekarang memiliki keyakinan bahwa Dia akan memberikan kepada kita yang diperlukan dalam cara yang yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita.
Dari sinilah kita akhirnya tahu bagaimana kita harus berdoa.
Kita pertama kali berseru “Tuhan kasihanilah” untuk mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan kita sendiri. Kemudian sebagaimana kita berdiri di hadapan Tuhan dan mendapat perhatian-Nya, kita katakan kepada-Nya segala sesuatu yang ada di hati kita, setiap kebutuhan, setiap keinginan, setiap frustrasi, setiap kesedihan, setiap sukacita, setiap kelemahan, setiap harapan dan impian. Kita memberitahu Dia segala sesuatunya dan dalam melakukan kita mengatur semua isi hati kita di kaki-Nya. Kemudian setelah memberikan semua permohonan kepada-Nya, kita kembali ke doa pertama kita hanya dengan mengatakan “Tuhan kasihanilah”.
Dalam hal ini seakan-akan kita katakan:
“Berikut adalah semua yang saya butuhkan dan inginkan dan harapkan. Saya memberikannya kepada Engkau. Saya tidak tahu bagaimana untuk mencapai hal-hal ini, saya tidak tahu bagaimana untuk memenuhi kebutuhan saya, saya tidak tahu apa yang baik untuk saya dan apa yang akan merugikan saya. Saya tidak tahu – tapi Engkau tahu. Jadi saya memberikan ini untuk Engkau, ya Tuhan, dan percaya bahwa Engkau akan memilah-milah semua ini dan memberikan apa yang saya butuhkan dalam cara yang saya membutuhkannya. Saya melepaskan semua ini ke dalam tangan-Mu, percaya bahwa Engkau tidak akan menahan dari saya setiap hal yang baik dan yang meminta roti, Engkau tidak akan memberikan kepada saya batu”.
Kita berkata “Tuhan kasihanilah” dan dengan demikian kita meletakkan semua kebutuhan kita dan keinginan dan harapan ke tangan Tuhan kita Yesus Kristus. Kita melepaskan hal-hal ini, dan tidak ada lagi yang kita perlu bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal ini untuk diri kita sendiri, tapi kita bisa mempercayai bahwa Dia akan memelihara dari kesusahan dan kekuatiran, kesenangan dan kesedihan, keinginan dan kebutuhan dalam cara yang terbaik bagi kesejahteraan kita.
“Tuhan kasihanilah”
Itu adalah doa dasar kita, sebenarnya itu adalah satu-satunya doa yang kita butuhkan. Setiap doa lain yang kita katakan turun hanya ke doa yang satu ini, “Tuhan kasihanilah” dan dengan doa ini, Yesus Kristus datang kepada kita. Ketika Dia datang dan bertanya “Apa yang engkau inginkan?”, Dia memberikan kita kesempatan untuk meletakkan setiap kebutuhan, setiap kepedulian-pemeliharaan, setiap harapan, setiap keinginan di kaki-Nya; kita katakan kepada-Nya segala sesuatu.
Dengan doa ini kita persembahkan itu semua kepada-Nya dan Dia mengambilnya dari kita, membebaskan kita dari tirani-kezaliman dari pemberian-penyediaan untuk diri kita sendiri dan kita dapat beristirahat dalam kepedulian-pemeliharaanNya dan pemberian-Nya. Kita tahu bahwa Dia akan mengambil apa yang kita persembahkan dan memenuhi setiap kebutuhan, memenuhi setiap keinginan, menyelesaikan setiap pemeliharaan dalam diri-Nya.
Semua ini kita capai dengan satu doa yang sederhana, “Tuhan kasihanilah”.
Amin.
Аминь.
Referensi: https://stiona.my.id/mengapa-kita-berdoa-tuhan-kasihanilah.htm
Ditulis oleh: Rm. Kirill
Disadur dan disunting di Reborn oleh: Samuel Prasetiyo