Matius 4:23–5:20
Sumber atas kebaikan Allah dan kebahagiaan sejati
Yesus berkata, kebahagiaan sejati bukan berasal dari segala yang orang miliki. Bukan berasal dari ketenaran, keindahan, kemakmuran dan harta benda. Bukan tentang apa yang Anda rasakan. Bukan tentang apa yang Anda miliki atau apa yang Anda perbuat.
Dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai dalam pasal 5:3–11, ‘makarios’, berarti ‘terberkati’, ‘beruntung’, ‘bahagia’ – penerima sah akan kebaikan Allah. Atau dalam versi Amplified diartikan, ‘bahagia, dicemburui, dan makmur secara rohani, yang mana, dengan sukacita hidup dan kepuasan... tak peduli kondisi luarnya.’
Pada Beatitudes (‘beautiful attitudes’!), Yesus menyoroti 8 sikap yang baik dalam situasi di mana Anda layak menerima kebaikan dan berkat Allah.
1. Membutuhkan Allah
‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah’ (Ay.3a). Kata ‘miskin’ berarti ‘memohon… bergantung pada yang lain’. Di sini, artinya direndahkan atau dilemahkan sampai pada titik dimana kita sadar dan bergantung pada Yesus. Yang miskin dalam roh menjadi diberkati karena melalui apa yang Yesus telah perbuat (dari yang tidak mungkin menurut manusia menjadi mungkin), ‘merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’ (Ay.3b).
2. Berduka atas kondisi anda
‘Berbahagialah orang yang berdukacita’ (Ay.4a). Berdukalah atas dosa Anda dan kekacauan di dunia sekeliling Anda. Berdukalah dengan mereka yang berduka. Tidak salah berduka atas kehilangan orang-orang yang Anda kasihi. Yesus berjanji bahwa yang berduka ‘akan dihibur’ (Ay.4b). Kelegaan dari Allah melampaui segala kelegaan biasa. Joyce Meyer menulis, ‘Tidak masalah bila harus menjalani kesukaran supaya bisa mengalami [kelegaan dari Allah].'
3. Menerima diri apa adanya
‘Berbahagialah orang yang lemah lembut’ (Ay.5a). Dalam bahasa Yunani, kata ‘lemah lembut’ berarti ‘ramah’, ‘penuh perhatian’, ‘sederhana’. Menunjukkan kebaikan dan kasih untuk sesama. Kebalikannya dari arogansi dan ‘semau gue’. Lemah lembut juga dapat berarti ‘hancur’, bukan dalam artian gelas hancur berkeping-keping, tapi seperti kuda yang dijinakkan, - kekuatan dalam kendali. Melalui Yesus, mereka yang lemah lembut diberkati – ‘mereka akan mewarisi bumi’ (Ay.5b).
‘Berbahagialah Anda ketika Anda bersyukur dengan diri Anda apa adanya, tidak lebih, tidak kurang’ (Ay.5a)
4. Lapar akan Allah
‘Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran’ (Ay.6a). Kejarlah hubungan dengan Allah sebagai yang terutama dalam hidup. Mengejar yang lain hanya membuat diri kita kosong. Tetapi, berkat atas lapar akan Allah dan kebenarannya adalah ‘kepuasan’ (Ay.6b). ‘Berbahagialah Anda ketika Anda bekerja keras dengan semangat untuk Tuhan’ (Ay.6a).
5. Diampuni dan mengampuni
‘Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan’ (Ay.7a). Jangan beri orang apa yang mereka ‘bisa dapatkan’; beri mereka apa yang mereka tidak bisa dapatkan. C.S. Lewis mengatakan, ‘Menjadi orang Kristen berarti mengampuni kesalahan sesama, karena Allah telah mengampuni kesalahan kita.’ Mereka yang murah hatinya diberkati karena ‘mereka akan beroleh kemurahan’ (Ay.7b).
6. Tulus sepenuhnya
‘Berbahagialah orang yang suci hatinya’ (Ay.8a). Bukan cuma kesucian luar tapi integritas, keterbukaan, ketulusan dan keaslian. Kesucian hatilah yang bisa membuat Anda bisa ‘melihat Allah’ (Ay.8b). Hati yang murni dimulai dari pikiran karena pikiran menjadi ucapan, tindakan, dan karakter Anda.
Langkah penting untuk menjadi suci hati adalah dengan membuat sesama memahami kita apa adanya – dalam kehancuran dan kelemahan kita. ‘Anda diberkati ketika Anda meletakkan kebenaran di dalam pikiran dan hati Anda’ (Ay.8a)
7. Menciptakan kedamaian
‘Berbahagialah orang yang membawa damai’ (Ay.9a). Jangan ciptakan konflik, tetapi ciptakanlah damai sejahtera. Yesus, Putra Allah, mengadakan pendamaian dengan Anda di atas kayu salib (Kolose 1:20). Berbahagialah orang yang membawa damai ‘karena mereka akan disebut anak-anak Allah’ (Matius 5:9b).
‘Berbahagialah Anda ketika Anda dapat menunjukkan kepada orang-orang cara bekerja sama alih-alih bersaing atau berkelahi' (Ay.9a).
8. Tidak membalas saat dianiaya
‘Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran’ (Ay.10a). Jangan membalas ketika dihina. Allah menyertai jemaat yang teraniaya: ‘merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’ (Ay.10b).
"Berbahagialah Anda ketika Anda berkomitmen kepada Tuhan dan oleh karena hal itu, Anda dianiaya" (ay.10).
Kita melihat di sini cara ketiga di mana Yesus menggenapi Perjanjian Lama. Kita telah melihat bahwa Yesus menggenapi sejarah Perjanjian Lama (1:1–17) dan bagaimana Dia menggenapi janji-janji nubuatan Perjanjian Lama (1:18–4:16). Kini, dalam Khotbah di Atas Bukit, Yesus menggenapi Taurat Perjanjian Lama secara nyata: ‘Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapi-nya’ (5:17).
Mantan penyanyi rock Amerika yang menjadi pendeta, John Wimber, berkata, ‘Yesus tidak puas. Semua perbuatan kita menyenangkan di mata-Nya tapi tak ada yang memuaskan bagi-Nya. Dia tidak puas denganku. Dia terus menaikkan standar. Dia berjalan di tempat tinggi.’