Yesus menjawab kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau, di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.
(Yohanes 1 : 50)
AIkitab bercerita tentang begitu banyak cara Tuhan yang berbeda atau bahkan kontradiktif dari cara kerja kita. Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dan laut Teberau menjadi ancaman luar biasa bagi mereka, namun Tuhan tidak mengirimkan pesawat untuk menyelamatkan mereka atau ribuan ikan menyeberangkan mereka. Tuhan hanya meminta Musa mengangkat tongkatnya, dan laut itu terbelah dua, dengan dataran kering di tengahnya. Sekalipun mereka harus bergegas untuk mencapai seberang sana, toh tetap saja cara Tuhan tidak terpikirkan oleh manusia. Juga ketika Yosua dijanjikan akan menerima Kota Yerikho yang berkubu itu sebagai milik pusaka dari Allah. Tidak satu pun dari barisan tentara Israel yang berperang melawan tentara kota Yerikho. Allah justru meminta mereka berjalan mengitari tembok kota itu sehari sekali selama enam hari, dan pada hari ketujuh sebanyak tujuh putaran, untuk selanjutnya tembok yang tebal dan kokoh itu rubuh begitu saja oleh kekuatan Allah. Di luar nalar kita manusia.
Seperti itulah pemikiran Natanael ketika Filipus memberitahukannya tentang Yesus. "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret?" sindirnya, penuh ketidakpercayaan. Tetapi saat Yesus mengambarkan la telah melihatnya duduk di bawah pohon ara, mata iman Natanael terbuka dan menjadi percaya.
Saat itulah, Yesus berjanji ia akan melihat hal-hal besar lainnya.
Sering kali dalam kehidupan beriman di bumi ini, kita diperhadapkan pada begitu banyak tantangan. Persoalan hidup tak jarang membuat kita meragukan kuasa Allah atau bahkan "mencurigai" Allah telah merencanakan yang buruk kepada kita.
Sama seperti tragedi laut Teberau dan tembok Yerikho, Israel melihat hal-hal yang lebih besar lewat tantangan hebat di depan mata mereka. Cara Allah bekerja sungguh di luar nalar kita. Dia bekerja untuk membuat kita melihat hal-hal yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, bersabarlah dalam gumul juang kita. Masih ada Tuhan.
Pdt. Sendy