Kekristenan kehilangan arti dan maknanya kalau hanya terfokus pada program saja, tetapi Kekristenan yang sejati adalah melakukan kehendak Firman Tuhan.
Lukas 11:28 Tetapi Ia berkata: ”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Matius 7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, i ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Injil Lukas 11 ayat 28 , dalam terjemahan lain bukan menggunakan kata memelihara tetapi melakukan. Dan Matius menjelaskan lebih lagi bahwa suatu kebahagian bagi seseorang apabila dia mendapatkan kesempatan untuk mendengar kebenaran Firman dan memiliki niat untuk melakukannya. Tanamkanlah firman ini hingga mejadi rhema dalam hidup kita. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk terus membuat kesempatan mendengar Firman, sengajakan untuk membuat kesempatan untuk berjumpa dengan Firman. Dan kemudian menjadi pelaku firman. Banyak yang berpikir bahwa menjadi pelaku Firman adalah suatu yang berat, tetapi hari kita akan belajar kebenaran Firman tentang hal ini.
1 Yohanes 5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.
Jangan hanya membawa, memiliki Alkitab saja, tetapi baca, renungkan, dan lakukan kebenaran Firman itu. Lakukan apa yang menjadi perintah Tuhan. Yohanes, memberikan suatu pernyataan bahwa yang mencintai Tuhan pasti melakukan perintah Tuhan, dan dia lanjutkan bahwa perintahNya tidaklah berat. Coba renungkan, ketika anda disakiti dan Tuhan berkata “ampuni!” Kemudian anda ditipu oleh seseorang tetapi Firman Tuhan berkata “berkatilah!” Apakah hal tersebut mudah untuk dilakukan? Jadi bagaimana bisa Yohanes berkata bahwa perintah-perintah Tuhan itu tidak berat? Bagaimana Yohanes dapat berkata bahwa kita dapat melakukan perintah-perintahNya dan menyelesaikan apa yang menjadi perintah Tuhan dalam kehidupan kita.
Markus 16:20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Ayat diatas merupakan lanjutan dari apa yang murid-murid lakukan setelah Tuhan Yesus memberikan perintah "Amanat Agung" kepada para murid untuk memberikan injil ke seluruh bumi dan membaptis umat dalam nama Bapak, Putra, dan Roh Kudus. Ayat tersebut membukakan pemahaman dan pengertian saya, ayat tersebut membuat saya mengerti bagaimans Yohanes dapat berkata bahwa perintah-perintah Tuhan itu tidak berat untuk kita lakukan dan selesaikan.
Tuhan mengajar saya bahwa banyak orang, bahkan umat Kristen merasa berat untuk melakukan Firman Tuhan, karena mereka memilik paradigma dunia. Paradigma yang berpikir bahwa ketika mereka menerima perintah, maka merekalah yang harus mengerjakan itu semuanya, menyelesaikannya sendiri dari A sampai Z, dari awal hingga akhir. Mereka lupa bahwa kalau Tuhan memberikan perintah dan ketika mereka mau melakukannya maka Tuhan berjanji untuk menemani mereka menyelesaikan perintah yang diberikanNya dalam kehidupan mereka.
Itulah sebabnya Injil Markus menuliskan “…Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Artinya ketika kita mau mengerjakan apa yang diperintahkanNya, Tuhan berjanji untuk menemani kita dan bersama dengan Tuhan kita akan menuntaskan apa yang menjadi kehendak dan perintahNya. Paradigma manusia berpikir bahwa ketika suatu perintah diberikan, maka kitalah yang harus mengerjakan semuanya itu. Contoh, ketika seorang suami berkata kepada istrinya “tolong buatkan saya kopi” maka sang istri pasti akan segera menuju ke dapur, mengambil cangkir, menyiapkan kopi, mengambil gula, memanaskan air, menyeduh kopi itu dan terakhir menyuguhkan kopi tersebut kepada suaminya, sedangkan suaminya hanya duduk diam menunggu kopi itu dihidangkan.
Manusia, ketika memberikan perintah, cenderung hanya duduk diam di kursi menunggu apa yang diperintahkan itu diselesaikan orang yang disuruhnya. Paradigma itulah yang membuat kita berpikiran yang sama terhadap Tuhan, kita berpikir, Tuhan bisanya cuma perintah-perintah. Padahal Tuhan kita bukanlah manusia.
Perhatikan Injil Markus pasal 16, segera sesudah Tuhan Yesus memberikan perintah "Amanat Agung" dan naik ke surga, murid-muridNya langsung melakukan apa yang diperintahkanNya, tetapi ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan turut bekerja, seolah-olah Tuhan berkata “Aku mbarengi kamu ya nak”, “Aku menyertai kamu dan turut bekerja, dengan niatmu untuk melakuakn firmanKu, kita selesaikan bersama!” Dengan paradigma ini, saya merubah cara berpikir saya. Jadi seandainya Tuhan yang memerintahkan saya untuk membuat kopi, maka ketika saya mengambil cangkir, Tuhan yang menyiapkan lepeknya, ketika menurunkan kopi, Tuhan menyiapkan gulanya, ketika saya memanaskan air, Tuhan yang menyeduh kopinya hingga akhirnya kopi itu siap uuntuk dihidangkan di meja Tuhan dan Tuhan berkata “terima kasih nak, kita sudah selesaikan ini bersama.”
Hal inilah yang dilihat Yohanes sehingga dia dapat berkata bahwa perintah Tuhan tidaklah berat. Keliru kalau kita berpikir bahwa perintahNya berat, keliru kalau kita berpikir bahwa kita mengerjakan semuanya sendiri, itu bukanlah cara Tuhan bekerja. Tuhan, ketika Dia berfirman, Dia bertanggunug jawab dengan perintahNya. Dia bertanggung jawab penuh ketika kita meresponi perintahNya tersebut dengan ketaatan.
Itulah sebabnya kebahagiaan yang kita dapatkan karena kita melakukan Firman bukanlah hanya janji omong kosong, ini adalah janji yang dapat kita nikmati, inilah esensi kekristenan yaitu untuk menjadi pelaku Firman, untuk elakukan kebenaran Firman Tuhan. Yang Tuhan minta hanyalah kemauan kita untuk melangkah, Tuhan sendiri yang akan memberikan kemampuan dan penyediaan untuk menyelesaikan apa yang menjadi kehendakNya. Yang Dia minta adalah ketaatan kita untuk mau melangkah, berjalan bersama dengan Dia, dan Dia, Allah, yang akan menemani kita sampai pekerjaan yang diperintahkanNya selesai.
Kita sering mendengar kisah tentang orang Samaria yang baik hati, dan seringkali kita diajarkan untuk menjadi orang Samaria yang baik hati itu. Tetapi paradigma baru yang Tuhan ajarkan adalah bahwa Orang Samaria yang baik hati itu hanyalah Yesus Kristus sendiri, sedangkan kita adalah seperti orang farisi dan ahli taurat, yang mungkin bukan tidak mau menolong tetapi tidak sempat karena sudah ditunggu kebaktian, ditunggu meeting, sudah terpatok dengan jadwal yang tidak bisa kita tinggalkan, kita tidak boleh terlambat melakukan apa yang sudah kita agendakan dan lain-lain.
Tetapi yang dapat kita lakukan adlaah menjadi orang yang selaanjutnya. Karena Tuhan Yesus adalah Orang Samaria yang baik hati, maka kita bisa menjadi orang yang berikutnya. Siapakah orang yang berikutnya? Si Pemilik Penginapan. Setelah orang Samaria yang baik hati itu menolong, membalut, memberi minum orang yang terluka itu, Yesus menggendongnya dan menaikan keatas keledai dan membawanya ke penginapan.
Di penginapan inilah Orang Samaria yang baik hati itu, Yesus sendiri berkata kepada pemilik penginapan, “… rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” (Lukas 10:35b). Yang Tuhan ingin ajarkan disini adalah, supaya kita mau bekerja sama dengan Dia untuk melakukan apa yang menjadi kerinduan hatiNya, jangan kuatir dengan penyediaan atau kebutuhan-kebutuhan yang ada, tetapi kemauan hati andalah yang akan membuat Tuhan bergerak menemani anda untuk menyelesaikan apa yang menjadi kerinduan hatiNya dalam kehidupan anda.
Hari ini milikilah hati yang mau untuk melakukan perintah-perintahNya, ingatlah bahwa perintah-perintahNya tidaklah berat, dan Dia sendiri yang menyertai anda dan menemani anda untuk menyelesaikan setiap tugas, tanggung jawab yang diperintahkanNya dalam kehidupan anda. miliki paradigma, cara pikir yang benar. Dia bukanlah Tuhan yang hanya memberi perintah dan duduk diam, Dia adalah Tuhan yang bekerja bersama orang-orang yang mau berjalan dalam kebenaran FirmanNya, dan berbahagialah orang-orang yang melakukan kebenaran Firman Tuhan.
Link Ibadah Victory Community Church: