Oleh : Leonardo Winarto
"Nahnu laa na'budu makhluqon! hasya! Bal nahnu na'budu Rabb al-kholiqoti al-mutajassid, Kalimatullah! Fa ma'a anna al-jasada fi haddi dzatihi huwa juz'un min al-kholiqoti, illa annahu qod shoro jasadan lillahi al-kalimah. wa al-jasadu lam yajlib 'aron 'ala al-aksi, al-jasadu huwa al-ladzi yatamajjadu bi wasithoti al-Kalimah.
Fa al-Ibn alladzi kana 'ala shurotillah lam yafqid syai'an min lahutih lamma akhodza syakl al-'abdi. Bal 'ala aksi, fa qod shoro bi dzalika mukhollishon li kulli jasad bal wa lil kholiqoti kulliha.
Wa in kana Allah qod arsala Ibnahu mauludan min imro'atin, fa hadza al-amr la yakunu lana sabab khojal. Bal 'ala aksi huwa sabbaba fakhrun lana ma'a ni'matin fa'iqoh. Liannahu qod shoro insanan likai yu'allihuna fi dzatih.
Wa shoro min nasli al-mar'ati wa wulida min 'adzro', likai yuhawwilu li nafsihi jinsinan adh-dhol, wa likai nashiru fi ma ba'du jinsan muqoddasan (1 Pet 2:9). Bal wa syuroka' ath-thobi'at al-ilahiyyah (2 Petrus 1:4)."
نحن لا نعبد مخلوقاً، حاشا! بل نحن نعبد رب الخليقة المتجسّد، كلمة الله. فمع أن الجسد في حد ذاته هو جزء من الخليقة إلا أنه قد صار جسدًا لله الكلمة. والجسد لم يجلب عاراً على الكلمة. حاشا! بل على العكس، الجسد هو الذى تمجَّد بواسطة الكلمة. فالإبن الذي كان على صورة الله لم يفقد شيئا من لاهوته لما أجذ شكل العبد، بل على العكس فقد صار بذلك مخلِّصاً لكل جسد بل و للخليقة كلها وإن كان الله قد أرسل ابنه مولوداً من امرأة فهذا الأمر لا يكون لنا سبب خجل، بل على العكس هو سبب فخرلنا مع نعمة فائقة. لأنه قد صار إنساناً لكى يؤلّهنا فى ذاته و صار من نسل المرأة و ولد من عذراء لكي يحوّل لنفسه جنسنا الضال، و لكي نصير فيما بعد "جنساً مقدَّساً (١بط ٢:٩)، بل و شركء الطبيعة الإلهية (٢بط١:٤).
Artinya:
"Kami tidak menyembah ciptaan! sama sekali tidak! Namun kami menyembah Tuhan Sang Pencipta, Firman yang menjadi manusia. Sebab jika tubuh adalah bagian dari dunia ciptaan, maka tentunya ia pun berasal dari Allah. (Memiliki) Tubuh/inkarnasi/tajassud sama sekali tidak menghilangkan kemuliaan Sang Firman.
Namun justru sebaliknya, tubuh manusia dimuliakan oleh Sang Firman ketika Ia menjadi manusia. Dan tidaklah dirampas keilahianNya ketika Sang Firman yang adalah Citra Allah mengambil rupa seorang hamba. Malahan sebaliknya, dengan melakukannya Ia menjadi Juruselamat semua manusia.
Dan jika Allah memilih mengutus PutraNya(FirmanNya) dengan cara dilahirkan melalui seorang wanita, kenyataan tersebut tidak menyebabkan kehinaan bagi kami, justru itu menyebabkan kemuliaan dan anugerah yang luar biasa. Sebab Ia menjadi manusia agar Ia "meng-Ilahikan" kami dalam diriNya. Ia dilahirkan oleh seorang wanita, diperanakan oleh seorang perawan, dengan maksud untuk mengalihkan kepadanya generasi kita yang sudah rusak karena dosa. Dengan demikian kita menjadi bangsa yang kudus(1 Petrus 2:9) dengan mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4)."
- St.Athanasius
Inilah keunikan pewahyuan Kristen, bahwa sejak kejatuhan Adam dan Hawa, Allah mewahyukan diriNya dengan berbagai cara pada para nabi dan umat manusia.
Namun pada hari-hari terakhir (al-ayyam al-akhirah), Ia mewahyukan diriNya melalui inkarnasi (tajassud) FirmanNya menjadi manusia sebagai puncak pewahyuan ilahi (Ibrani 1:1-2).
Pewahyuan ilahi melalui inkarnasi Sang Firman tersebut tentu ada tujuanNya. Salah satunya seperti yang ditulis oleh St.Athanius diatas, bahwa Allah memulihkan kodrat dan keberadaan manusia yg sudah jatuh akibat dosa.
Manusia berada dibawah kuasa maut sebagai sengat dosa. Dengan demikian sekaligus menempatkan manusia dibawah perbudakan kuasa2 gelap. Sang Firman itu berinkarnasi, agar Ia membebaskan manusia dari kuasa-kuasa tersebut dengan menghisabkan semua orang yg percaya dalam persekutuan dengan diriNya sendiri setelah Ia memenuhi tuntutan dosa atas manusia yakni maut.
Jadi dalam persepektif Kristen, manusia yg sudah berdosa dan terbelenggu dibawah kuasa dosa dan Iblis tidak cukup hanya diajari hukum-hukum moral yang memang baik isinya. Tetapi mula-mula, manusia butuh pembebasan dan penebusan.
Melaluinya manusia sekaligus kembali hidup dalam damai dengan Allah, yang juga membawanya hidup dalam persekutuan debgan Allah yang terus menuntun pada pembaharuan hidup di dalam Kristus melalui kuasa Ruh Kudus.
Inilah sekilas pembabaran tentang keunikan pewahyuan Allah dalam iman Kristen, sekaligus apa tujuan ilahi dibalik peristiwa inkarnasi Sang Firman tersebut (Tajassud Al-Kalimah).
Jadi memang tidak seperti kebisingan yang dituduhkan orang luar bahwa Kristen musyrik kafir, karen menuhankan manusia. Tuhannya hina, masa Tuhan kok manusia de el el....
Sangkaan itu hanya menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang kekristenan.
Karena itu orang Kristen harus belajar agar mula-mengerti tentang imannya sendiri, lalu menjadi bangga dan terpanggil untuk meluruskan kesalahpahaman orang lain.
Terakhir, tidak perlu memaksa menafsirkan ajaran atau kitab suci orang lain untuk mencari pembenaran ajaran Kristen. Alkitab lebih dari cukup untuk menjadi dasar bagi seluruh ajaran Kristen.
Selain itu, melakukan hal tersebut di negara ini menempatkan diri anda dalam resiko dijerat UU penistaan agama. Tapi kok tetangga sebelah aman-aman aja? Bebas mulu berkoar-koar bicara dan menafsirkan seenaknya tentag ajaran Kristen tanpa ada tindakan hukum yang serius. Tanya kenapa?
Selamat belajar, selamat bertumbuh dewasa dan selamat bersaksi dalam Kristus.
و له كل المجد والكرامة مع أبيه الصالح والروح القدي. آمين!