Bacaan: Markus 12:38-44
Sebab, mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya.
(Markus 12:44)
Menurut kamus bahasa Indonesia, kata munafik diartikan dalam tiga definisi yaitu berpura-pura percaya atau setia kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; dan bermuka dua.
Yesus menyindir kemunafikan ahli Taurat yang suka menampilkan hidup keagamaan melalui jubah panjang, kursi kehormatan di ruang ibadah dan perjamuan, serta doa-doa yang panjang. Padahal di balik semua itu ada perbuatan jahat yang Yesus sebutkan yaitu “menelan rumah janda-janda”, artinya tindakan ketidakadilan terhadap kaum yang lemah. Janda pada masa itu adalah golongan yang lemah dan butuh dukungan. Yesus justru membandingkan kehidupan ahli Taurat yang terhormat dengan seorang janda yang memberikan persembahan. Meskipun jumlah persembahannya kecil, tetapi itu merupakan hampir seluruh uang yang dimilikinya. Janda ini memberi dari kekurangannya sebagai bentuk kesungguhan hatinya dalam beribadah, ia tulus dan tidak munafik.
Kita perlu memeriksa kehidupan iman kita masing-masing. Apakah selama ini kita menjalani ibadah demi pencitraan yang menjebak kita ke dalam kemunafikan? Apakah kita rajin ke gereja karena kerinduan pada Tuhan atau terpaksa karena tugas pelayanan? Apakah kita melayani karena pemberian diri atau mencari pengakuan di mata orang? Kita perlu sungguh memeriksa diri agar tidak menjadi “ahli-ahli Taurat” yang munafik. Kita perlu sungguh belajar dari janda miskin yang mempersembahkan apa yang ia punya dengan ketulusan hati, tanpa alasan ini itu, apalagi pamrih.
REFLEKSI:
Ibadah yang dikerjakan dengan ketulusan akan membawa sejahtera. Ibadah dengan kemunafikan akan membawa sengsara.