Bacaan : Keluaran 1:1–3:22
Mengerti Siapa Allah
Musa bertanya kepada Tuhan, 'Siapakah aku ini, sehingga aku harus pergi?' Tuhan menjawab dengan mengatakan kepadanya siapa Dia. Pada akhirnya, jawaban atas semua pertanyaan dan masalah kita tidak dapat ditemukan pada siapa kita, tetapi ditemukan di dalam Tuhan.
Jika Anda bertanya kepada seorang Yahudi siapakah orang termasyhur pada abad pertama yang pernah hidup, mereka tanpa ragu pasti akan menjawab: ‘Musa’. Dia adalah tokoh terbesar dalam sejarah mereka. Dia menyelamatkan mereka dari perbudakan menuju kepada kehidupan yang bebas dari perbudakan. Dia memberi mereka hukum. Kitab Keluaran memperkenalkan kita kepada konstitusi dari sebuah negara baru, negara yang telah merdeka, dan memperkenalkan kita kepada orang yang bertanggung jawab atasnya.
'Raja baru' berkuasa yang 'yang tidak mengenal Yusuf' (1:8). 'Raja baru' tidak tahu fakta bahwa Yusuf telah menyelamatkan Mesir. Orang-orang Mesir dengan cepat melupakan kebaikan yang telah dilakukan umat Allah di masa lalu. Pemerintah Mesir mulai menindas mereka 'dengan kejam' dengan cara kerja paksa (Ay.11-14). Mereka berteriak minta tolong dan 'Allah mendengar mereka berkeluh kesah' (2:24).
Orang-orang telah mencoba, dalam sepanjang sejarah, untuk menyingkirkan umat Allah - tetapi rencana itu tidak pernah berhasil. 'Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu' (1:12). Bahkan saat ini, ketika gereja dianiaya dan ditindas, pertumbuhannya justru semakin berlipat ganda dan menyebar.
Musa adalah cucu angkat Firaun - seorang pangeran yang berkuasa. Uang, gender, dan kekuasaan harusnya menjadi milik Musa dalam kelimpahannya. Tetapi, dia memilih untuk menolak kesemuanya itu. Dia mematuhi panggilan Allah dan memilih untuk menyamakan dirinya dengan umat Allah - sekelompok orang yang memiliki didikan seperti Musa akan dianggap sebagai penghinaan, bangsa budak - Israel.
Melalui perspektif Perjanjian Baru, kita melihat bahwa Musa 'karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.' (Ibrani 11:25-26).
Ini tentu bukan pilihan yang mudah dibuat. Namun, pada akhirnya dia mematuhi panggilan Tuhan dan memilih untuk menghadapi dunia yang tidak bersahabat.
Inti dari ketaatannya adalah pengenalannya siapakah Allah itu. Allah menyatakan diri-Nya dalam berbagai cara kepada Musa, dan berjanji, 'Bukankah Aku akan menyertai engkau?' (Keluaran 3:12). Pewahyuan nama-Nya sangat penting sebagaimana nama dipahami sebagai pernyataan karakter atau sifat seseorang:Allah menyatakan diri-Nya sebagai, 'AKU ADALAH AKU' (Ay.14). Satu-satunya cara di mana Tuhan dapat sepenuhnya dijelaskan adalah dengan mengacu pada diri-Nya sendiri.
Nama ini menyatakan keagungan unik dan sifat kekal dari Tuhan kita. Nama ini (dalam bentuk kontrak) kemudian menjadi nama di mana Allah dikenal di seluruh sisa Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibrani, nama Tuhan adalah Yahweh, biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai 'TUHAN'. Ketaatan Musa berikutnya kepada Allah berakar pada pemahamannya tentang siapa Allah.
Sebenarnya, Tuhan mengatakan kepada Musa untuk tidak khawatir tentang permusuhan yang akan dia hadapi. Yang penting adalah 'AKU ADALAH AKU' bersamanya. Dia adalah bukti nyata untuk semua ketakutan, kecemasan, dan tantangan Anda.
Yesus berkata, 'sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada' (Yohanes 8:58). 'AKU ADALAH AKU' yang besar, kekal, dan cukup, telah mendekat kepada kita di dalam Yesus dan Dia telah berjanji untuk menyertai Anda (Matius 28:20). Ketika Anda tahu ‘AKU ADALAH AKU' menyertai Anda, Anda dapat rileks dan merasa tenang.
Mari berdoa : Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau menyertaiku di dunia yang tidak bersahabat ini dan bahwa Engkau cukup untuk semua ketakutan, kegelisahan, dan tantangan hidupku.