Bacaan: Mazmur 30
Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita .... (Mzm. 30:12)
“Tidak ada satu pun yang akan tumbuh atau hidup di kota Hiroshima selama 70 tahun.” Begitulah pendapat Dr. Harold Jacobsen, peneliti dari The Manhattan Project. Sebagian warga memercayai hal itu setelah pada 6 Agustus 1945, bom atom Amerika Serikat meluluhlantakkan Hiroshima. Saat itu, sebagian kota hancur dan sedikitnya 70.000 orang tewas seketika. Namun, pada musim panas berikutnya, bunga-bunga oleander bermekaran dan pohon kamper mengeluarkan cabang-cabang baru. Pemulihan bunga dan pohon tersebut menyentuh hati masyarakat dan memberikan harapan baru. Bunga oleander dan pohon kamper pun ditetapkan menjadi simbol kota Hiroshima; simbol kekuatan daya hidup, harapan, dan perdamaian.
Di tepian jurang kematian, pemazmur pun tidak berdaya. Sebelumnya, ia merasa hidupnya sangat aman seperti gunung kokoh yang tidak akan tergoyahkan. Namun, hal itu sekejap berubah. Kini, ia seperti sedang menuju liang kubur. Hanya Tuhan sumber pertolongannya, satu-satunya harapan yang bisa mengubah situasinya kembali, mengubah ratapannya menjadi tarian, dan membuka kain kabungnya.
Saat situasi begitu buruk, kita mungkin kehilangan harapan dan seolah daya kematian mencengkeram kita. Namun, saat kita berpaling kepada Tuhan, apa yang tampaknya tidak mungkin akan menjadi mungkin. Harapan selalu ada, kehidupan selalu dimungkinkan untuk kembali mekar, sekalipun di tengah kematian.
REFLEKSI:
Bersama Tuhan, kehidupan jauh lebih kuat daripada kematian.