Matius 7:24–8:22
Percaya dalam Yesus, yang Allah percayakan semua penghakiman
Yesus tahu semua cara dalam membangun rumah karena Dia dulu berkerja sebagai tukang kayu. Ilustrasi yang Dia gunakan begitu membumi: dua orang yang membangun rumah (7:24–26). Keduanya membangun sesuatu dengan manfaat yang bertahan lama. Kehidupan kita sama seperti rumah-rumah tersebut, namun manfaatnyalah yang berlangsung seterusnya.
Bagian terpenting dari sebuah rumah adalah pondasinya. Kedua rumah ini tidak banyak bedanya. Tetapi hanya satu yang dasarnya terbuat dari batu (Ay.25). Penampilan keduanya boleh mirip, tetapi perbedaan mengenai pondasinya akan jelas nampak ketika badai kehidupan datang menerpa.
Siapapun akan menghadapi tantangan hidup yang datang dalam berbagai rupa: kesalah-pahaman, kekecewaan, keinginan yang tidak kesampaian, keraguan, cobaan, godaan, kemerosotan, hingga serangan setan. Bahkan kesuksesan pun bisa jadi merupakan sebuah ujian. Ada lagi tekanan, penderitaan, sakit, kehilangan, dukacita, trauma, tragedi, penganiayaan dan kegagalan.
Pada akhirnya, kita semua akan menghadapi kematian dan penghakiman Allah. Gambaran ‘hujan lebat... rambun... angin topan’ digunakan dalam Yehezkiel untuk merujuk pada penghakiman Allah (Yehezkiel 13:11), tetapi bahasa penghakiman tersebut tidak terikat pada Perjanjian Lama. Di sini, dan dimanapun, Yesus memperingatkan akan datangnya penghakiman, seperti yang para penulis Perjanjian Baru peringatkan.
‘Turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu’ (Matius 7:25,27), tetapi rumah itu ‘tidak rubuh’ sebab didirikan di atas batu (Ay.25). Tetapi rumah yang didirikan di atas pasir rubuh dan rusak dengan hebatnya (Ay.27). Ini adalah kata-kata penghakiman. Cobaan boleh ada selama orang hidup atau bisa datang saat hari penghakiman. Yang jelas, Yesus berkata bahwa penghakiman adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.
Namun, Anda tidak usah takut. Memang tidaklah mudah, tetapi ada jalanyang bisa Anda yakini bahwa ketika fondasi rumah Anda diuji, fondasi tersebut tetap kokoh, maka mungkin sekali untuk bisa diketahui bahwa masa depan Anda aman.
Yesus berkata bahwa perbedaannya adalah si orang bijak tidak hanya mendengarkan firman Yesus, tapi dia juga ‘melaksanakannya’ (Ay.24). Orang bodoh, di sisi lain, meski orang tersebut mendengarkan firman Yesus, ‘tetapi ia tidak melaksanakannya’ (Ay.26).
Pengetahuan harus menuntun pada tindakan – pengetahuan agamawi kita harus mempengaruhi hidup kita, jika tidak, kita membangun hidup kita di atas pasir.
Firman Yesus, pertama-tama, adalah panggilan untuk percaya pada-Nya (Yoh 6:28-29). Kita diselamatkan dengan iman dalam Yesus dan hidup dalam ketaatan.
Anda bisa saja sangat yakin dengan penghakiman Yesus, karena Dia memiliki kuasa dari Allah sendiri. Yesus sendiri heran dengan iman si perwira. Dia berkata, ‘Sesungguhnya, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel’ (Matius 8:10).
Bukti yang membuat iman terjadi adalah karena si perwira percaya bahwa firman Yesus sendiri cukup untuk menyembuhkan hambanya (Ay.8). Dasar pemikirannya untuk percaya sangat dalam. Si perwira mengakui bahwa, seperti dalam pasukan, perintah dijalankan menurut kuasa dari yang di atas– jadi kuasa Yesus terjadi menurut kuasa Bapa-Nya. Si perwira menyaksikan pada saat Yesus berfirman, Allahlah yang berfirman.
Selanjutnya, Hakim yang sempurna ini tidak jauh dari penderitaan manusiawi. Kita tahu bahwa Yesus mengalami ketidakadilan, dipenjara, disiksa sampai-sampai disalib. Tetapi dalam bagian ini, kita memahami bahwa Dia turut mengalami sakit (karena kita, Ay.17) dan bahkan tak memiliki tempat tinggal (Ay.20). Tak sedikit penderitaan yang Dia alami.
Mari kita berdoa :
Bapa, terimakasih bahwa Yesus tidak hanya bisa memahami kelemahanku, tetapi Dia juga mati atas dosa-dosaku, memikul penghakiman bagiku supaya aku tidak perlu takut lagi.