Reborn
  
DIPANGGIL UNTUK MENYEBERANG
Dipublikasikan pada 22 Mei 2022
3 min baca

Bacaan: Kisah Para Rasul 16:9-15

Shalom umat yang terkasih dalam Kristus Yesus. Kiranya kita semua dalam keadaan yang baik dan sehat. Pada Ibadah minggu ini, kita bersama-sama memasuki Minggu Paska VI, yang berarti kita akan segera merayakan kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga lalu Pentakosta. Dalam Minggu Paska VI ini, kita akan merenungkan sebuah tema, yakni ‘DIPANGGIL UNTUK MENYEBERANG”. Dan, teks yang akan mendasari perenungan kita diambil dari Kisah Para Rasul 16:9-15. Bagaimana keterkaitannya?

Teks bacaan kita berisi tentang bagaimana Rasu Paulus bersama Silas hendak pergi mengabarkan Injil. Atas sebuah penglihatan Paulus di satu malam, mereka memiliki sebuah tujuan, yakni Filipi, sebuah kota di Makedonia. Sesampainya di sana, mereka menyusuri sungai untuk mencari sebuah tempat peribadahan. Dan benar, mereka menemukannya, dan berjumpa orang-orang di sana. Salah satunya Lidia, penjual kain ungu dari kota Tiatira. Lidia bersama seisi rumahnya mendengarkan Paulus, dan memberi diri mereka untuk dibaptiskan dan percaya kepada Kristus.

Saudaraku yang terkasih, penggalan kisah misi Paulus ini begitu singkat dan lancar. Seakan-akan semua terjadi begitu saja. Namun coba perhatikan, sebagai orang yang dikenal pandai, Paulus bergerak berdasarkan sebuah penglihatan di satu malam. Ia melaksanakan tugas dan panggilannya karena mengalami sebuah penglihatan, bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat karena ada yang meminta tolong (Kis 16:9-10). Bukankah ini hal yang sangat luar biasa, ia memiliki kejelasan kemana ia harus pergi. Pertanyaannya, jika Paulus mendapat penglihatan, bagaimana dengan kita? Mungkin ada di antara kita yang bertanya demikian. Memang, Tuhan bisa memberikan penglihatan kepada siapapun, namun apakah kita hanya menunggu sebuah penglihatan dalam bentuk mimpi atau bisikan?

Saudaraku, nampaknya agak sulit jika kita menunggu adanya hal-hal yang bernuansa magis sebagai tanda untuk kita melakukan sebuah tugas. Sederhana saja, jika Paulus mendapat ‘penglihatan’, bukankah kita juga mendapatkannya? Kita bisa menoleh kepada sesame kita, tentu itu merupakan penglihatan yang nyata dan jelas. Jika sesuatu yang sangat jelas kita lihat tidak kita kerjakan, nampaknya ada yang aneh dengan cara beriman kita. Jelas-jelas ada yang sedang menangis, kita tidak peduli. Ada yang lapar, kita tidak mengirimnya beras atau makanan secukupnya. Penglihatan macam apa yang hendak kita tunggu, jika sesuatu yang jelas terlihat tidak kita abaikan?

Kita diajak untuk berani menyeberang. Memang, bukan seperti yang dilakukan Paulus, namun bagaimana kita mau menyeberang, meninggalkan kenyamanan kita sendiri. Bukankah kita harus setia menjadi pribadi yang PEduli? Peduli pada yang kita lihat langsung. Menjadi pribadi yang Kreatif, untuk terus berinovasi dalam karya kita. Juga Adaptif, di masa pandemi yang semakin membaik ini, biarlah yang menghilang penyakitnya, bukan kasih di hati kita. Amin.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
2 Orang Membaca