Kemalasan merupakan salah satu dosa yang seringkali tidak disadari. Hal ini membuat kemalasan menjadi penyakit yang tidak terdiagnosa oleh penderitanya. Kemalasan sangat merugikan manusia karena:
#1. Kemalasan menurunkan derajat manusia.
Amsal.6:6-11 (TB) 6Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: 7biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, 8ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. 9Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? 10 ”Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring” – 11maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Pengkotbah atau Raja Salomo memerintahkan pemalas untuk belajar pada semut, kepada hewan, yang notabene tidak memiliki roh dan derajatnya lebih rendak dari manusia. Artinya seorang pemalas nilai dirinya lebih rendah daripada seekor hewan.
#2. Kemalasan adalah satu-satunya dosa yang tidak dibuat oleh iblis.
Tahukan anda, bahwa iblis pun tidak malas, dalam 1 Petrus 5:8 dikatakan bahwa "...iblis berjalan, berkeliling,mencari mangsa..." Iblis menipu, iblis menipu, iblis mencobai, tetapi dia tidak pernah bermalas-malasn. Latihlah diri anda beribadah, latihlah kapasitas diri anda.
Amsal.12:27 (TB) Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.
Dalam terjemahan Inggris AMP dikatakan bahwa harta yang berharga bagi seorang yang bijaksana adalah kerajinannya. Kerajinan disebut sebagai harta yang berharga karena dengan kerajinan ini, kita dapat melihat peluang dan dan mengambil kesempatan di depan kita. Tanpa kerajinan seseorang tidak dapat melihat peluang yang ada di depan matanya, apalagi untuk mengambil kesempatan itu.
Terjemahan lain menuliskan bahwa seorang yang pasif, tidak menyelesaikan suatu tugas, tetapi orang yang selalu bersemangat akan memanfaatkan waktu, harta, dan energi dengan baik. Disini kita belajar bahwa kerajinan memiliki arti yang luas. Kerajinan tidak hanya berbicara tentang banyaknya jam yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu tetapi kerajinan berbicara juga tentang efisiense dan efektifitas waktu, harta, dan energi yang dipakai seseorang untung menghasilkan sesuatu sebaik-baiknya.
Mengapa penting memanfaatkan waktu, harta, dan tenaga dengan baik?
Matius.25: 14-15 (TB) 14 ”Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Kepercayaan yang Tuhan berikan terhadap seseorang, bukan berdasarkan kekayaan yang Tuhan miliki tetapi justru berdasarkan "KESANGGUPAN" orang yang akan dipercayai. Banyak dari kita tidak ingin mendapatkan hanya 1 talenta, tetapi permasalahannya apakah kita "SANGGUP" mengelola banyak talenta? Hal ini penting, karena tanpa kesanggupan, maka kepercayaan tidak ada gunanya. Tanpa kerajinan pun kepercayaan menjadi sia-sia.
Maka untuk bisa mendapat kepercayaan lebih, kita harus meningkatkan kesanggupan kita. Caranya dengan mengatur waktu, harta, dan tenaga/ energi dengan sebaik-baiknya, sehingga level kesanggupan kita meningkat dan maka secara otomatis, level kepercayaan kita pun meningkat.
Amsal.24:30-34 (TB) 30Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. 31Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. 32Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. 33 ”Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,” 34maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Seorang yang memiliki ladang pastinya seorang yang kaya, tetapi bagaimana bisa kemiskinan menyerbu dan kekurangan menyerang? Ini karena adanya kemalasan. Itulah sebabnya Tuhan memberikan syarat kesanggupan terlebih dahulu sebelum memberikan kepercayaan. Artinya tanpa kerajinan dan kesanggupan, tanpa kemampuan untuk mengatur waktu, harta, dan energi dengan baik, maka sebanyak apapun harta yang Tuhan percayakan, pasti akan habis diambil si jahat.
Sebenarnya kemalasan kitalah yang menarik "roh kemiskinan, roh kekurangan." Bukan Tuhan tidak ingin memberkati kita, sikap kita dalam mengjalankan suatu kepercayaanlah yang menentukan seberapa banyak yang tanggung jawab yang diberikanNya. Tingkatkan kesanggupan untuk mengelola kepercayaan yang Tuhan berikan sekecil apapun.
Amsal 19:15 (TB) Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar.
Dalam terjemahan Inggris, dituliskan bahwa kemalasan membuat orang terlelap hingga melewatkan peluang-peluang yang ada. Memperkuat Amsal.12:27, Alkitab jelas mengajarkan bahwa kerajinan membuat kita mampu melihat peluang, sedangkan kemalasan membuat seseorang melewatkan peluang-peluang di depan matanya.
Pengkhotbah 9:11 (TB) Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
Kecepatan, kekuatan, hikmat, kecerdasan, dan kecerdikan adalah hal-hal yang bersifat pemberian Tuhan. Dengan usaha manusia hal-hal tersebut tetap terbasta. Tetapi satu hal yang dapat kita kerjakan dan harus menjadi pilihan kita adalah untuk menjadi rajin. Waktu dan nasib dalam terjamahan bahasa Indonesua, diterjemahkan sebagai "tempat yang tepat," "saat yang tepat" dan kedua hal ini pun tidak dapat kita atur. Artinya Kita tidak dapat memilih hal-hal yang Pengkotbah tuliskan, tetapi kita bisa memilih untuk terus rajin dan tidak bermalas - malasan.
Amsal 31:27 (TB) Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.
Ada isitilah makanan kemalasan yang ditulis oleh Alkitab. Hal tersebut dijelaskan dalam terjemahan AMP dengan gosip, discontent, & self-pity (gibah, tidak puas diri, dan mengasihani diri sendiri). Tiga hal inilah yang menjadi ciri utama seorang yang malas.
#1. Suka Gosip, hanya orang yang bermalas-malasan yang memiliki waktu untuk membahas keburukan dan kejelekan orang lain. Orang yang rajin memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sehingga mereka tidak lagi memiliki waktu untuk membahas orang lain, tidak demikian dengan orang malas.
#2. Tidak Puas Diri, pemalas merupakan seseorang yang selalu mengeluh dan sukar untuk mensyukuri keberadaan dirinya. Hal ini ada hubungannya dengan pelajaran sebelumnya mengenai iri hati. Seorang yang malas suka membandingkan diri dengan orang lain dan cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain.
#3. Mengasihani Diri Sendiri (Self-Pity), ini beda dengan yang dimaksud untuk "mengasihi diri sendiri (self-love)" yang Tuhan Yesus ajarkan dengan berkata "Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." Dalan konteks yang Tuhan Yesus ajarkan, artinya adalah self-love, maksudnya supaya kita merawat diri, menghormati & menghargai diri kita sebagai ciptaan yang mulia, tidak sembrono dengan hidup dan tubuh kita.
Sedangkan self-pity, secara sederhana adalah orang-orang yang memiliki mental korban (victim mentality). Mereka selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan latar belakang kehidupan, mereka menyalahkan orang lain atas kegagalan yang mereka hadapi.
#4. Suka Tidur,
Amsal.24:33 (TB) ”Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,” Amsal. 26:14 (TB) Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya."
Seorang yang malas selalu melihat kesempitan didalam kesempatan yang ada. Untuk setiap pintu yang tertutup mereka akan menyerah dan bahkan memakai alasan yang rohani dengan berkata "ini rencana Tuhan." Tetapi pribadi yang rajin, selalu melihat kesempatan didalam kesempitan yang dia hadapi. Bagi orang-orang rajin pintu yang tertutup merupakan kesempatan untuk mencari kunci dan membuka pintu iitu, atau membuka mata lebar-lebar karena mereka tahu dan beriman bahwa untuk setiap pintu tertutup pasti ada pintu lain yang terbuka.
Hidup adalah pilihan, jangan terjebak dengan kemalasan, tetapi pilihlah untuk tidak berhenti bekerja di ladang Tuhan. Terus mengerjakan kehendak Tuhan, dan berhenti membuat alasan hanya untuk menutupi kemalasan diri.