Bacaan: Markus 13:1-8
Markus 13:1-8 merupakan kelanjutan kisah Yesus bersama murid-murid yang mengamati hasrat diri ahli taurat dan janda miskin dalam Markus 12:38-44. Murid-murid yang baru saja diingatkan untuk berhati-hati dengan hasrat diri tampak terpukau dengan kemegahan gedung Bait Allah saat itu. Kekaguman ini sebenarnya wajar, karena Herodes memang membangunkan Bait Allah dengan indah dan megah sebagai caranya menjaring simpati orang-orang Yahudi yang menentang kepemimpinan Herodes. Menjadi tidak wajar bagi Yesus karena Bait Allah dibangun indah dan megah namun dilandasi hasrat – sikap hati – yang salah. Bait Allah yang indah dan megah juga tidak diisi dengan kehidupan dan pelayanan yang indah di mata Tuhan Allah. Melainkan dicemari oleh praktik-praktik yang sering kali merugikan orang miskin dan terpinggirkan.
Oleh karena itu kekaguman murid-murid direspons oleh Yesus dengan pembahasan mengenai kehancuran Bait Allah dan tanda-tanda akhir zaman. Yesus menantang para murid untuk tidak terpesona pada kemegahan fisik Bait Allah, yang pada saat itu telajh menjadi simbol kekuasaan agama dan politik. Yesus mengajak para murid untuk kritis terhadap struktur-struktur yang kelihatannya kokoh dan “tidak tergoyahkan,” namun justru sering kali menjadi alat kekuasaan untuk melanggengkan ketidakadilan.
Ketika Yesus mengingatkan akan datangnya masa sulit – perang, gempa, kelaparan – hal ini mengingatkan setiap murid-Nya bahwa penderitaan bukan hanya bagian dari kehidupan, melainkan sering kali akibat dari konflik yang ditimbulkan oleh sistem yang mengejar kekuasaan dan melakukan penindasan kepada yang lemah.
Bila kita hari ini membaca dan merenungkan kisah ini, maka kita perlu membacanya bukan dengan ketakutan ataupun kekhawatiran. Yesus menyampaikan kritik-Nya supaya para murid-Nya termasuk kita saat ini bisa tetap bersikap tenang, tekun, dan waspada dalam menghadapi berbagai krisis. Tenang, karena kita ditemani oleh Yesus yang kuasa-Nya dapat menghadapi berbagai dinamika kehidupan ini. Ketenangan dari dan bersama Yesus inilah yang kemudian akan memunculkan ketekunan dan kewaspadaan para murid terhadap pengajaran-pengajaran sesat/ kekuatan-kekuatan/ jalan pintas yang ingin mengalihkan kita dari panggilan kasih, kebenaran, dan keadilan. Maka kini, marilah dalam ketenangan yang diberikan Yesus, kita tekun memperjuangkan nilai-nilai kasih, kebenaran, dan keadilan, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Waspadalah pula bila ada yang menggoda diri untuk bersikap tenang-tenang saja saat terjadi ketidakadilan dan ketidakbenaran di sekeliling kita. Percayalah Tuhan memampukan kita.