Bacaan: 2 Timotius 3:14-4:5
“Blessing in disguise”, barangkali ungkapan ini cukup mewakili situasi di masa dan setelah pandemi COVID-19 berakhir. Bagaimana tidak, di masa-masa pandemi yang mencekam itu kita dipaksa untuk tetap tinggal di rumah dan otomatis mempunyai waktu lebih banyak bersama keluarga. Kegiatan Ibadah dan berbagai bentuk pelayanan pemeliharaan iman lainnya dilakukan melalui media online dengan jemaat yang tetap berada di rumah masing-masing. Kalau kita renungkan, bukankah itu sesungguhnya adalah sebuah ekspresi “ecclesia domestica” atau “gereja rumah tangga”. Kegiatan pewartaan dan pemeliharaan iman bertumpu pada tiap-tiap keluarga. Dan kini, setelah pandemi berakhir, masihkah kita punya kedekatan dan kehangatan dengan intensitas dan kualitas yang sama dalam keluarga seperti di masa pandemi dulu? Apakah “gereja kecil” yang adalah keluarga kita itu dapat menjalankan perannya di tengah situasi kehidupan yang semakin menantang saat ini?
2 Timotius 3:14-4:5 memberikan kita sebuah perspektif mengenai situasi kehidupan jemaat mula-mula, yakni di masa yang sukar dan menghadapi tantangan ajaran sesat. Di tengah konteks itulah, Rasul Paulus memberikan nasihat kepada Timotius, seorang gembala jemaat yang usianya tergolong muda, demikian: “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu” (3:14). Rasul Paulus mengingatkan pendidikan iman yang sudah diajarkan oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Tim. 1:5). Ini adalah gambaran nyata dari ecclesia domestica yang berfungsi, yakni iman diwariskan dari generasi ke generasi melalui pengajaran Firman Tuhan. Pendidikan iman yang dimulai sejak kecil di dalam keluarga. Setelah pandemi berakhir, kita dihadapkan pada pilihan: apakah kita membiarkan kedekatan dan kehangatan itu memudar dan menggantinya dengan kembali pada rutinitas yang serba cepat, atau kita menterjemahkannya menjadi sebuah disiplin rohani yang disengaja?
Jika Timotius dapat menghadapi tantangan ajaran sesat karena fondasi yang diletakkan oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike, maka keluarga Kristen saat ini juga harus menjadi garis pertahanan pertama bagi iman generasi selanjutnya. Keluarga adalah kepunyaan Allah, dan kita dipanggil untuk mengasuh milik-Nya dengan nutrisi rohani yang terbaik. Ia membekali kita dengan Firman yang berkuasa untuk membentuk karakter Kristus dalam diri setiap anggota keluarga, sehingga keluarga kita dapat menjadi terang, memancarkan perbuatan baik Allah di tengah kegelapan.
Jika kita ingin generasi yang akan datang tetap teguh dalam satu iman, kita harus mengembalikan Firman Tuhan ke pusat keluarga kita. Mari kita ambil waktu untuk membaca, merenungkan, dan menghidupi Firman bersama-sama, sehingga anak-anak kita tidak hanya sekadar mengenal tetapi berpegang teguh pada kebenaran. Mulailah hari ini, jadikan rumah kita tempat Firman Allah bergema, sehingga kita sungguh-sungguh menjadi Ecclesia Domestica yang diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Amin. (IG)