Semangat menggerakkan. Rencana mengarahkan. Keputusan menentukan. Kerja menghasilkan. Bersyukur mencukupkan. - Juanda -
Diskusi tentang mana yang lebih dulu hadir, antara misi - visi atau visi - misi, memang menarik untuk disimak bagi pemikir (kalau tidak mau, juga tidak masalah). Memang mayoritas pendapat baik berupa artikel atau buku, lebih mendukung bahwa keberadaan visi lebih dulu ada, baru diikuti oleh misi.
Memang kalau dirasa sekejap tanpa analisa, seakan keberadaan visi itu menaungi misi dan misi itu menjadi penjabaran dari visi. Dengan makna yang sama, bahwa visi itu harus menjadi cerminan yang kokoh dari misi yang ada.
Your mission is the ‘how’. Keberadaan misi yang sering dituangkan dalam pernyataan misi itu adalah kumpulan ungkapan, bagaimana akan melaksanakannya? Apa saja yang mau dilakukan? Dan cara melakukannya.
Bukankah kita sering melakukan suatu kesibukan atau pekerjaan yang dilakukan awalnya tanpa berpikir apa-apa (iseng-iseng)? Lalu kemudian yang kita kerjakan itu membuahkan hasil dan semakin besar. Baru setelah itu, memikirkan kelanjutannya supaya lebih terarah dan dirumuskan dalam visi?
Awalnya hanya kumpul-kumpul semata. Anggap saja sebulan sekali. Setelah sekian tahun berjalan, lalu dibumbui dengan doa, kesaksian atau renungan, supaya lebih bermakna harapannya.
Setelah diamati adanya tingkat keseriusan, kemudian bisa berkembang menjadi sebuah persekutuan doa atau bahkan gereja, supaya bisa lebih terarah. Di sinilah, bisa muncul pernyataan visi. Yang tidak se-visi akan tersaring dan mengundurkan diri.
Visi yang disusun adalah berupa rumusan hal-hal yang telah dilakukan selama itu. Dan melalui pernyataan visi ini, akan menjadi kendali dari arah persekutuan yang ada, apakah selamanya akan berbentuk persekutuan doa atau berkembang menjadi yayasan atau gereja?
Your vision is the ‘why’. Keberadaan visi adalah gambaran besar, dari apa yang akan dikerjakan dikemudian hari? Penyusunannya bisa menggunakan misi yang telah dikerjakan selama ini. Ditata sedemikian rupa, untuk menemukan tujuan besar yang merangkum aktivitas yang telah dilakukan.
Jikalau selama ini misinya adalah melayani para pemulung, maka visi akan menyesuaikan, apa yang telah dilakukannya itu dengan harapan yang besar, supaya para pemulung menjadi manusia yang berharga di mata Tuhan dan manusia.
Visi ini bisa muncul belakangan, setelah melayani para pemulung sekian waktu dan melihat ada yang bisa dikerjakan lebih besar dengan harapan besar secara sistematis. Visi akan menaungi dan mengarahkan gerak dan langkah dalam menjalankan misi yang telah ada.
Setelah visi ini muncul dari misi yang telah ada, maka visi itu, bisa pula mengoreksi misi yang telah ada itu. Tujuannya tentu, supaya misi itu lebih terarah dan terorganisir lebih baik. Misi yang telah ada, bisa diubah untuk dikurangi atau ditambahi dengan pernyataan misi lagi, supaya visi yang ada bisa dilaksanakan sesuai harapan.
Dari pemaparan ringkas ini, dapat dikatakan bahwa misi bisa muncul lebih dahulu, baru visi mengikutinya. Namun dengan keberadaan visi yang telah ditetapkan itu, bisa pula merevisi misi yang ada atau membuat misi yang baru.
Apakah bingung? Singkatnya berawal dari misi, lalu ada visi, lalu ada misi (bisa tetap atau revisi). Tetapi dalam penulisannya, pasti akan ditulis visi (lebih dulu) dan misi (menyusul). Itu biasa. Karena kalau dibalik misi dulu, baru visi, dipastikan banyak yang tidak terima, bahkan protes, tanpa mau berpikir dulu.
Semua baik adanya. Tidak perlu dipertentangkan. Sesuai seleralah. Tapi ini ada yang menarik, “Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak,” (Ams. 24:6).
Misi atau visi boleh luar biasa, tapi itu hanya alat saja. Tergantung di tangan siapa yang mempergunakan alat itu? Nilai-nilai apa yang sedang diperjuangkan? Itu pun menjadi pemicu untuk memacu keberhasilan yang diharapkan.
Bagaimana pendapat Anda?
#SalamHatiGembira