Bacaan: Yehezkiel 1:1-25
Di tengah-tengah makhluk hidup itu kelihatan sesuatu seperti bara api yang menyala, seperti suluh, yang bergerak kian kemari di antara makhluk-makhluk hidup itu.
(Yehezkiel 1:13)
Dalam sebuah acara seminar, seorang pemuda mengungkapkan tentang krisis keteladanan. Katanya, “Pemimpin sepintar apa pun, tapi kalau tidak menjadi suri teladan, percuma. Orang muda sekarang ini membutuhkan panutan.” Ungkapan hati sang pemuda itu benar. Kita membutuhkan panutan sekaligus harus memberi teladan.
Israel terbuang dan hidup dalam penderitaan karena mereka berbuat dosa. Para pemimpin dan umatnya tidak hidup kudus, padahal sebagai umat Allah mereka harus hidup kudus, sebab Allah adalah kudus. Hidup kudus adalah hidup yang berintegritas, yaitu jujur dan setia seturut firman Allah. Ketika Yehezkiel mendapatkan penglihatan di Sungai Kebar saat umat Israel diangkut ke Babel, kekudusan dan kuasa TUHAN ditampakkan. Bara api yang bergerak di antara para kerub menyimbolkan kuasa Allah yang bergerak dinamis untuk menguduskan umat-Nya. Walaupun umat Israel hidup dalam pembuangan, tetapi kuasa Allah terus bekerja untuk menguduskan dan memulihkan. Karena itu, mereka juga harus hidup kudus dengan menjaga integritas mereka sebagai umat TUHAN.
Pengalaman umat Israel mengajarkan kepada kita arti penting menjaga kekudusan dan integritas. Allah sendiri terus bekerja untuk menguduskan manusia, sehingga kita di masa kini pun harus berjuang menjaga kekudusan. Tidak hanya para pemimpin yang harus memberikan panutan mengenai kekudusan hidup dan integritas. Kita semua, terlebih orang tua, harus memberikan suri teladan, supaya anak-anak kita menemukan role model di rumah mereka.
REFLEKSI:
Hidup kudus adalah anugerah yang harus terus dirawat dengan integritas dan kesetiaan dalam merenungkan dan melakukan firman.