Reborn
  
BEREMPATI BUKAN MENGHAKIMI
Dipublikasikan pada 23 Juni 2025
2 min baca

Bacaan: Ayub 18: 1 - 21

“Engkau yang mengoyak-ngoyak dirimu sendiri dalam kemarahan, apakah demi kepentinganmu bumi harus ditelantarkan, dan gunung batu bergeser dari tempatnya?”

(Ayub 18:4)

“Kita lebih membutuhkan empati daripada kecaman untuk bangkit dari keterpurukan.” Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mencoba memahami perspektif orang lain, serta menanggapi perasaan mereka dengan penuh perhatian. Empati akan membangun relasi dan mendorong terjadinya perubahan yang lebih baik bagi orang lain karena mereka merasa dipahami dan didukung. Sebaliknya, kecaman dan penghakiman hanya akan memperburuk keadaan seseorang. Kecaman dapat menjatuhkan mental seseorang yang sedang berusaha bangkit dari permasalahannya.

Ayub 18 memperlihatkan perdebatan tajam antara Ayub dan Bildad. Ayub, yang tengah mengalami penderitaan, justru mendapatkan kecaman bahkan penghakiman dari Bildad. Bildad tidak berusaha memahami latar belakang kesedihan dan penderitaan Ayub. Ia sibuk menghakimi dan mencari-cari kesalahan yang dianggap sebagai penyebab penderitaan Ayub. Ia menuduh Ayub sebagai manusia egois, sombong, dan tak tahu diri di hadapan TUHAN. Akibatnya, Bildad gagal memahami kesedihan dan pergumulan Ayub. Sikap Bildad justru menambah beban pergumulan Ayub.

Bagaimana dengan kita? Mari belajar memahami pergumulan orang lain. Belajarlah berempati. Jangan menambah penderitaan sesama dengan kecaman dan penghakiman yang tidak membangun. Dengan berempati, kita dapat mendukung orang lain untuk bangkit dari pergumulannya.

DOA:

Tuhan, mampukan kami untuk peka dan berempati pada sesama sehingga kami dapat menjadi saluran kasih-Mu. Amin.

Kategori
Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini