Bacaan: ulangan 26:1-11
“Uncharted” adalah sebuah istilah dalam bahasa inggris yang terjemahannya adalah belum dipetakan. Istilah ini sebenarnya mengandung muatan yang menegangkan karena kita berjumpa dengan situasi dimana kita sendiri belum mempersiapkan apa-apa untuk menghadapinya. Situsi yang belum dipelajari karena memang sulit untuk dipelajari. Apa saja bisa terjadi di luar jangkauan akal pikiran kita. Bahkan pencobaan pun menjadi bagian dari kehidupan manusia tanpa terkecuali. Ketika kita tidak mampu menjalani hidup dengan situasi yang terus berubah tidak menentu, pencobaanpun datang silih berganti. Seringkali kita bertanya apakah sanggup untuk terus berlari bahkan berjalan meskipun tenaga kita habis? Bagaimana kita dapat bertahan dalam situasi yang tidak mudah, terus berubah dengan berbagai pencobaan?
Kita akan belajar bersama dari kitab Ulangan, kehidupan bangsa Israel. Bangsa yang dikenal sebagai umat pilihan Allah, ternyata tidak membuat bangsa Israel bisa terbebas dari cengkraman pencobaan. Ulangan 26:1-11 menceritakan bagian anamnesis (pengenangan) tentang awal mula kisah perjalanan kehidupan bangsa Israel yang diwarnai dengan berbagai pencobaan. Perikop ini diawali tentang bangsa Israel yang mempersembahkan hasil bumi pertama sebagai ungkapan syukur karena Allah telah memimpin mereka sampai masuk ke negeri yang dijanjikan.
Yang menarik adalah dalam tata cara memberikan persembahan itu, ada bagian ketika bangsa Israel harus mengucapkan kalimat yang didalamnya terkandung pengenangan akan apa yang telah terjadi di masa lalu. Saat para imam menerima bakul persembahan dan meletakkan di depan mezbah Allah, umat harus mengucapkan “…Bapaku dahulu orang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir bersama sedikit orang dan tinggal di sana sebagai pendatang. Tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami, serta menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, kami pun berseru kepada Tuhan, Allah nenek moyang kami. Tuhan mendengar suara kami dan melihat penindasan terhadap kami juga kesengsaraan dan kesukaran kami” (ay. 5-7).
Hal ini memperlihatkan dan menekankan bahawa perjalanan bangsa Israel tidak luput dari pencobaan. Sebagai pengembara mereka harus menumpang di negeri Firaun. Situasi yang aman berubah menjadi tidak aman, ketika jumlah bangsa Israel bertambah besar, kuat dan banyak jumlahnya sehingga mereke harus melakukan pekerjaan yang berat dan melelahkan. Diperlakukan sebagai budak, perlakukan yang keras dan kasar menjadi konsekuensi yang tak terelakkan bagi bangsa Israel saat itu. Di Tengah situasi yang tidak mudah, bangsa Israel berseru kepada Allah. Mereka memilih untuk berseru kepada Tuhan Allah dan Tuhan bertindak dengan membawa mereka keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan teracung, dengan perbuatan yang dahsyat, tanda dan mukjizat. Serta memberikan negri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
Dari kisah ini kita menemukan bahwa bangsa Israel yang tidak luput dari pencobaan. Namun umat Israel mau untuk terus mengingat, menyadari dan disegarkan kembali akan pimpinan, tuntunan dan penyertaan Tuhan dalam sejarah perjalanan hidupnya. Demikian juga harusnya kita di masa ini, memilih untuk menolak lupa terhadap kebaikan Tuhan dan berkomitmen untuk mengenang perbuatan Tuhan di masa lalu. Masa depan adalah sebuah misteri, karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di depan juga tidak akan luput dari pencobaan dan kesukaran tapi saat ini kita harus memilih berani menghadapi hidup dengan bekal pengalaman iman atas kebaikan Tuhan yang senantiasa setia menemani dulu, sekarang dan yang akan datang.