Bacaan: Lukas 13:1-19
Pilatus adalah Gubernur kelima Romawi, seorang yang berwatak sombong, arogan, dan sinis namun pada saat yang sama ia lemah dan bimbang. Beberapa kali ia menyakiti hati orang Yahudi, saat masuk bersama pasukannya ke kota Yerusalem dengan membawa panji-panji bergambar penyembahan berhala. Orang-orang Yahudi memprotes keras terhadap penistaan ini. Namun Pilatus tidak mengubris mereka bahkan mengancam balik akan membunuh mereka yang menentangnya. Dan sekali lagi Pilatus membuat marah orang-orang Yahudi dengan mengambil uang dari perbendaharaan bait suci mereka untuk membangun saluran air yang membawa air ke Yerusalem. Dalam kerusuhan protes berikutnya, tentaranya memukul dan membantai banyak pengunjuk rasa.
Peristiwa itulah yang dilaporkan dalam Lukas 13:1, orang-orang Galilea ini mungkin telah terlibat dalam beberapa tindakan pemberontakan melawan Romawi, yang kemudian melacak mereka ke Yerusalem dan membantai mereka di halaman bait suci, karena bait suci adalah satu-satunya tempat di Israel dimana korban dipersembahkan. Peristiwa itu mungkin terjadi pada Paskah yaitu ketika sejumlah besar orang Galilea akan mempersembahkan korban.
Sungguh aneh respon Yesus terhadap laporan mereka, Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? . Seringkali sadar atau tidak kemalangan, penderitaan dan kematian langsung dikaitkan dengan dosa, hal itu diwakili dengan pertanyaan Apa dosanya sehingga ia mengalami hal itu?.
Begitupun musibah yang menimpa mereka yang mati ditimpa menara Siloam, Yesus dengan tegas mengatakan, Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
Orang percaya mungkin saja mengalami kemalangan, musibah bahkan kematian meski itu tidak berkait langsung dengan dosanya. Bukan sebaliknya ketika seseorang hidupnya aman tentram selalu dalam keberkatan dan perkenan Tuhan. Ada paradigma yang hendak dibalikkan oleh Tuhan Yesus, adalah bahwa mereka yang binasa dalam bencana seperti itu bukanlah pendosa yang lebih buruk daripada mereka yang selamat. Tetapi Tuhan menggunakan malapetaka untuk mengingatkan semua orang bahwa kematian sering kali merupakan kejutan yang akan segera terjadi dan mereka perlu bersiap-siap.
Orang-orang Yerusalem dan Yudea memandang rendah orang Galilea sebagai orang yang lebih rendah. Sebagian besar orang Yahudi terperangkap dalam ritual agama yang memaksa orang untuk melihat diri mereka sendiri sebagai baik berdasarkan persepsi selektif dan dangkal. Akibatnya, mereka menolak untuk melihat diri mereka sebagai orang berdosa dan karena itu menolak (Mat. 11:20) panggilan Yesus bagi mereka untuk bertobat (Mat. 4:17) Pada akhirnya, karena Yesus menolak pembenaran diri orang-orang Yahudi yang munafik, mengkategorikan mereka sebagai buta rohani dan miskin, dan dengan berani menghadapi kebutuhan mereka akan pertobatan oleh sebab itu orang-orang Yahudi merencanakan untuk membunuh-Nya.
Pertobatan secara literal berarti “berbalik arah”, tidak hanya berbalik dari dosa, tetapi juga berbalik kepada Allah melalui Kristus (lih. 1 Tes 1:9-10). Yesus menengaskan, Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
Masa kesabaran Tuhan masih memberikan kesempatan, seperti pada pohon ara agar menghasilkan buahnya, jika tidak ia akan ditebang. Dimasa-masa pra paskah adalah saat yang tepat untuk menyesali dosa-dosa kita dan merendahkan diri dihadapan-Nya seraya bertobat. Sesungguhnya pertobatan terjadi tiap-tiap hari dalam kehidupan kita, selamat berjalan di jalan pertobatan, amin.
dnyg3m