Ayat Bacaan: 1 Korintus 1:3-17
Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
(1Kor. 1:12)
Saat manusia menghadapi situasi kekurangan umumnya mereka akan berebut dan saling menyerang. Masing-masing ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya. Yang terjadi di jemaat Korintus sebaliknya. Jemaat di Korintus berada dalam kondisi berkelimpahan secara materi, juga dalam pengetahuan dan berbagai karunia. Namun, mereka terpecah dalam berbagai golongan.
Kelimpahan dalam karunia dan pengetahuan tidak otomatis membuat manusia menjadi dewasa secara rohani. Dosa kesombongan sering merasuki orang-orang yang menganggap dirinya memiliki berbagai karunia dan pengetahuan tertentu. Membuat mereka terjebak dalam upaya membentuk kelompok dan menistakan kelompok lain yang berbeda. Ungkapan “aku dari golongan …” adalah sebuah pernyataan bahwa kelompoknya lebih baik daripada kelompok lainnya. Masing-masing saling membanggakan golongannya. Kebanggaan kelompok tersebut didasarkan pada sikap kultus individu pada sosok seorang pemimpin.
Sebagian jemaat Korintus mengkultuskan dirinya, tetapi Rasul Paulus menolaknya (1Kor. 1:13). Rasul Paulus justru menegur dan menasihati agar mereka sehati sepikir dan tidak berselisih (1Kor. 1:10). Pemimpin yang dewasa tidak akan pernah mengeksploitasi dukungan anak buah untuk mengangkat dirinya. Sebaliknya, ia akan menyadarkan pengikutnya untuk menjadi diri sendiri sehingga tidak tergantung pada kharisma seseorang. Memanfaatkan kultus individu pengikut adalah tanda ketidaklayakan dan kegagalan seorang pemimpin.
REFLEKSI:
Kedewasaan seorang pemimpin melampaui kekayaan karunia rohani dan pengetahuan.