Reborn
  
SEBELUM YESUS MENDERITA
Dipublikasikan pada 10 April 2022
4 min baca

Bacaan: Lukas 22:14-20; 39-45

Penderitaan merupakan bagian integral dalam kehidupan yang kita jalani di dunia ini, sejak kita lahir sampai meninggal nanti. Penderitaan bisa hadir dalam berbagai rupa, mulai dari penderitaan fisiologis sampai kepada penderitaan psikologis. Artinya, tidak ada seorangpun yang steril dari yang namanya penderitaan. Berangkat dari realita tersebut, maka yang seharusnya menjadi perhatian kita adalah bukan tentang ada atau tidaknya penderitaan, melainkan tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi penderitaan dalam kehidupan ini. Oleh karena itu pada Minggu Pra Paskah 6 ini, kita kembali diajak untuk meneladani Yesus dalam menghadapi penderitaan-Nya.

Dalam bacaan kita, Lukas 22:14-20; 39-45, saya mencatat paling tidak ada 3 hal yang Yesus teladankan dalam menghadapi penderitaan. Pertama, Yesus sadar penderitaan apa yang akan dijalani-Nya. Lukas 22:15 mencatat perkataan Yesus saat Ia duduk makan bersama-sama dengan para murid, “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita”. Ucapan ini menggambarkan bahwa Yesus sadar bahwa saatnya sudah dekat di mana Ia akan menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Inilah hal pertama yang harus kita miliki dalam menghadapi penderitaan, yaitu memiliki kesadaran penuh menerima kenyataan bahwa penderitaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Penderitaan bukanlah untuk disangkal, melainkan untuk dihadapi. Kesadaran ini akan membuat kita lebih siap untuk menghadapi penderitaan.

Kedua, Yesus mempersiapkan diri melalui relasi-Nya dengan Bapa. Peristiwa Yesus berdoa di taman Getsemani menggambarkan bagaimana Ia, dalam kemanusian-Nya, mengalami berbagai macam perasaan sebelum menjalani penderitaan. Ia datang dalam keberserahan penuh akan kehendak Bapa. Ia datang dalam ketaatan-Nya memenuhi kehendak Bapa. Hal ini nyata dalam ungkapan Yesus dalam doa-Nya, “Kehendak-Mulah yang terjadi.” Setelah Yesus berdoa, datanglah seorang malaikat dari langit untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Doa Yesus di taman Getsemani mempersiapkan diri-Nya untuk menjalani dan menghadapi penderitaan. Dari kisah ini kita kembali diingatkan bahwa sesungguhnya kita tidak pernah dibiarkan sendirian dalam menghadapi penderitaan. Allah merengkuh dan merangkul kita dalam kerapuhan kita di tengah penderitaan. Dia Allah yang hidup dan mengenal setiap kelemahan dan kerapuhan kita. Oleh karena itu, andalkanlah Allah yang sanggup untuk menguatkan kita menghadapi penderitaan demi penderitaan dalam hidup ini. Kuncinya: senantiasa membagian relasi yang intim dengan Allah. Bagaimana caranya?

Inilah hal ketiga yang dapat kita teladani dari sikap Yesus, yaitu Yesus menasehatkan para murid untuk senantiasa berdoa. Apa yang Yesus ajarkan tentu juga telah Ia lakukan. Dalam Lukas 22:39 kita bisa melihat bahwa ternyata Yesus sudah biasa ke Bukit Zaitun, untuk berdoa. Artinya bukan hanya pada saat itu saja Yesus berdoa, melainkan setiap saat. Itulah yang juga diperintahkan Yesus kepada para murid, agar mereka senantiasa berdoa. Inilah salah satu cara membagian relasi yang intim dengan Allah, yaitu melalui kehidupan doa yang terjalin setiap saat; bukan hanya pada saat-saat tertentu saja. Doa itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan iman kita. Dalam doa kita dapat menyampaikan segala perasaan yang kita alami di tengah penderitaan. Dalam doa Allah dapat hadir menyapa dan menguatkan kita. Oleh karena itu, berdoalah senantiasa agar kita dimampukan untuk menghadapi penderitaan bersama dengan Tuhan.

Selamat menghadapi berbagai macam penderitaan di tengah kehidupan bersama dengan Tuhan yang setia memberikan kekuatan. Tuhan memberkati dan memampukan kita. Amin.

Pdt. Fransiscus Oktavianus Turino

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
6 Orang Membaca