Bacaan: Lukas 11: 1-13
Meister Eckhart, seorang teolog-spiritualis asal Jerman yang hidup di abad XIV mengatakan,
“Allah lebih dekat kepadaku daripada diriku sendiri: keberadaanku tergantung pada kedekatan Allah padaku dan pada kehadiran Allah bagiku ... Allah dekat dengan kita tetapi kita jauh dari Allah. Allah ada di dalam dan kita ada di luar. Allah ada di dalam rumah, dan kita di luar.”
Ungkapan tersebut di atas mengajak kita untuk merenungkan apa artinya doa yang bukan transaksi dan bukan manipulasi.
Ada empat hal tentang doa untuk membangun nilai hidup. Pertama, mendengarkan. Ini merupakan langkah melakukan discernment. Kita mendengarkan orang lain dan Tuhan. Di sini dibutuhkan hati yang mendengar (a listening heart). Dalam discernment kita mendengarkan dengan seluruh totalitas diri yang sering terjad adalah tidak dapat dengan segera menemukan jawaban karena membutuhkan proses pem-batin-an. Dalam langkah ini sangat dibutuhkan keheningan. Kedua, mempertanyakan. Ini adalah bagian penting dari awal sebuah iman. Mempertanyakan maksud dibalik semuanya tak terkecuali manakala seseorang ada pada titik terendah yaitu meratap, mengalami spiritual grief. Ketiga, percaya. Ini mengandung unsur jaminan. Dalam situasi yang bising dan berkecamuk, bukanlah perkara yang mudah untuk percaya sekalipun pada Allah. Sebagaimana dalam bacaan Lukas 11: 1-13 bahwa berdoa mengandung perjuangan ditengah kegamangan. Keempat, mengucap syukur. Kemampuan untuk mengucap syukur akan memberi dampak pada psiko-spiritual seseorang untuk menutup lembaran dan bersiap memasuki lembaran baru dalam peziarahan hidup di dunia.
Kematangan hidup doa terletak pada integrasi dialektis antara manusia dan Tuhan. Doa bukan sekedar ritual melainkan kesediaan menyambut anugerah yang mendewasakan kehidupan itu sendiri. Amin.